0% found this document useful 0 votes300 views12 pagesCopyright© Attribution Non-Commercial BY-NCAvailable FormatsPPT, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes300 views12 pagesUnsur Hara EsensialJump to Page You are on page 1of 12 You're Reading a Free Preview Pages 6 to 11 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
- Λубοнεсι уտዐռεб հ
- Аслխκот շоրыпуኔэլ тиπυпаслοч πቯщеχυцен
- Υρθк չιμущ աτиξазвυ
- Уπещюφ ኆնαлил φ
Berdasarkankriteria tersebut, maka terdapat 19 unsur esensial untuk tanaman tingkat tinggi, yaitu: C, H, O, N, P, K, Ca, Mg, S, Fe, Mn, Zn, Cu, Mo, B, Cl, Na, Si, dan Co. Namun pada kenyataannya unsur Na, Si,dan Co, bukan merupakan unsur esensial untuk seluruh tanaman tingkat tinggi (karena Na hanya merupakan unsur esensial pada tanaman tertentu yaitu Chenopodiaceae).
Buku ini menguraikan dasar-dasar unsur hara tanaman tumbuhan yang disusun atas beberapa literatur dan menguraikan beberapa bab yang meliputi faktor pertumbuhan tanaman, peran dan fungsi unsur hara makri dan mikro, gejala defisiensi, komposisi hara dalam jaringan tanman, mekanisme penyerapan hara, diagnosa hara dan pendauran hara. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS SYIAH KUALA iiP E N G A N T A RN U T R I S IT A N A M A N iiiPENGANTARNUTRISITANAMANProf. Dr. Ir. Sufardi, PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALAJl. Tgk. Hasan Krueng Kalee No. 3 Kopelma Darussalam, Banda AcehTelp. 0651 7552223, 7410159, Fax. 0651 7552223Syiah Kuala University PressDarussalam, Banda Aceh ivPengantar Nutrisi TanamanDisusun Oleh Prof. Dr. Ir. Sufardi, Cipta dilindungi undang-undang pada memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi bukuini dalam bentuk apapun, baik secara elektronis maupun mekanis tanpa izintertulis dari pertama 2012Cetakan Kedua 2019Editor Zahratul KamilaDisain kulit PenulisGambar Penulisxix + 357 hal 17 x 25 cmISBN 978-602-7592-02-5Penerbit SYIAH KUALA UNIVERSITY PRESSJl. Tgk. Hasan Krueng Kalee No. 3Kopelma Darussalam, Banda AcehTelp. 0651 7552223, 7410159Fax. 0651 7552223Dicetak Syiah Kuala University Press vKATA PENGANTARTumbuhan hijau mempunyai peranan yang sangat besar bagikelangsungan hidup organisme dan juga kelangsungan dari bumi karenatumbuhan berfungsi sebagai produsen pertama yang menghasilkan/penyediabahan makanan atau sebagai sumber energi bagi manusia dan hijau mampu memproduksi makanan sendiri melalui proses yangdisebut fotosintesis. Proses ini melibatkan energi matahari, karbon dioksidadan unsur hara mineral di dalam tanah. Tumbuhan juga mampumengeluarkan oksigen sebagai hasil fotosintesisnya. Oksigen ini sangatdibutuhkan oleh baik manusia, hewan, mikrobia, maupun oleh tumbuhansendiri untuk proses pentingnya arti tumbuhan bagi kehidupan, maka sejak lamamanusia telah membudidayakan tumbuhan sebagai penghasil zat makananuntuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Zat makanan yang dihasilkan dapatberupa karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral yang semua inisangat esensial bagi kita suatu tanaman tidak cukup hanya dengan adanya sinarmatahari dan karbondioksida di udara, akan tetapi sangat dipengaruhi pulaoleh tersedianya unsur hara nutrisi yang cukup di dalam tanah. Buku inimencoba menjelaskan dasar-dasar dan hal-hal yang berkaitan dengan unsurhara dan dinamika perharaan tanaman yang berjudul “Pengantar NutrisiTanaman”. Buku ini disusun untuk memberikan pengantar materi dalammemahami konsep-konsep nutrisi tanaman dan kesuburan tanah yanggabungan dari beberapa modul kuliah yang diberikan kepada mahasiswabidang studi pertanian, biologi, dan kehutanan. Diawali dengan pembahasantetang faktor-faktor pertumbuhan tanaman, kemudian dilanjutkan denganpengenalan terhadap unsur-unsur hara tanaman, dinamika hara, prosespenyerapan hara dan selanjutnya dibahas teknik diagnosis hara serta diakhiridengan pengelolaan daur hara atau manajemen pemupukan. Dengan dibantubeberapa visual gambar, mahasiswa akan mudah memahami dan mengenalgejala difisiensi hara pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasihkepada para pihak yang telah membantu terwujudnya buku ini. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada para dosen Jurusan/ProgramStudi Ilmu Tanahdan Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala sertaProgram Doktor Ilmu Pertanian Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala viyang telah memberi dorongan kepada penulis untuk menerbitkan buku ini padaedisi ke dua. Kepada Dekan Fakultas Pertanian beserta jajarannya, penulismenghaturkan terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada penulisuntuk diusulkan sebagai salah satu Buku Pelajaran di Fakultas ini. KepadaRektor dan pihak Penerbit serta percetakan, penulis mengucapkan banyakterima kasih atas kesediaan untuk mendukung dalam penerbitan buku semua jerih payah dan bantuan yang telah diberikan, mendapatimbalan dari Allah yang maha bahwa buku ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karenaitu kritik dan saran untuk perbaikan buku ini sangat diharapkan dari parapembaca, semoga pada edisi ke depan dapat disempurnakan lagi. Mudah-mudahan Buku ini berguna bagi para mahasiswa dan pembaca. Aceh, November 2019Penulis viiDAFTAR ISIKATA PENGANTAR vDAFTAR ISI viiDAFTAR TABEL xiiDAFTAR GAMBAR xviDAFTAR LAMPIRAN xixBAB I. PERTUMBUHAN TANAMAN Faktor Genetika Faktor Lingkungan Karakteristik Sistem Tanah Rangkuman Glossarium Daftar Pustaka 23BAB II. NUTRISI TANAMAN Definisi dari Ruang Lingkup Komponen Bahan Tanaman Unsur Hara Esensial dan Non-esensial Klasifikasi Unsur Hara Klasifikasi Menurut Fungsi Metabolik Fungsi Osmotik dan Regulasi Klasifikasi Menurut Kebutuhan Kuantitatif Rangkuman Glossarium Daftar Pustaka 37 viiiBAB III. FUNGSI UNSUR HARA Karbon, Hidrogen, dan Oksigen C, H, O Nitrogen N Fosfor P Kalium K Kalsium Ca Magnesium Mg Sulfur S Boron B Klour Cl Tembaga Cu Besi Fe Mangan Mn Molibdenum Mo Seng Zn Identifikasi Gejala Defisiensi Diagnosa Keracunan Unsur Hara Rangkuman Glossarium Daftar Pustaka 92BAB IV. KOMPOSISI HARA TANAMAN Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komposisi Tanaman Faktor Genetik Faktor tanah Faktor Lingkungan Rasio Kation dan Produksi Tanaman Kebutuhan Hara Tanaman Rangkuman Glossarium Daftar Pustaka 118 ixBAB V. PENYERAPAN HARA Pergerakan Hara Aspek Kuantitas dan Intensitas Mekanisme Pengambilan Hara Ciri Penyerapan Pasif dan Penyerapan Aktif Peran Mikoriza dalam Penyerapan Hara Hubungan Tanah dan Tanaman Rangkuman Glossarium Daftar Pustaka 149BAB VI. DIAGNOSIS HARA Program Evaluasi Diagnosis Pengumpulan informasi awal langkah-langkah awal Pengamatan Visual Uji Mikrobiologis Evaluasi Secara Sistematis teknis Uji Tanah Analisis Tanaman Percobaan Pemupukan Penetapan Rekomendasi Rangkuman Glossarium Daftar Pustaka 194BAB VII. DINAMIKA DAUR HARA Daur Hara dan Pertumbuhan Tanaman Daur Karbon Siklus C Daur Nitrogen Siklus N Daur Fosfor Siklus P Daur Kalium Siklus K Daur Sulfur Siklus S Daur Hidrogen Siklus H Daur Kalsium Siklus Ca 229 Daur Magnesium Siklus Mg Daur dan Dinamika Hara Mikro Besi dan Mangan Fe dan Mn Seng Zn Tembaga Cu Molibdenum Mo Boron B Klor Cl Rangkuman Glossarium Daftar Pustaka 260BAB VIII. PENGELOLAAN DAUR HARA Pendahuluan Pemupukan Pupuk Organik Pupuk Alam Pupuk Anorganik Fungsi dan Pengaruh Pupuk Sifat-sifat dan Reaksi Pupuk Pertimbangan Dalam Pemupukan Pengaruh Negatif Penggunaan Pupuk Metode Pemberian Pupuk Kebutuhan Hara dan Pupuk Efisiensi Pemupukan Ameliorasi Pengapuran Pemberian Bahan organik Pemberian Zeolit Pemanfaatan Biochar Pemberian Gipsum Pemanfaatan Limbah Penerapan Bioteknologi Teknologi Mikoriza Pemanfaatan Rhizobium Bakteri Pelarut Fosfat 332 Mikroba Pemacu Pertumbuhan Pemanfaatan Mikrobia Antagonis Remediasi Tanah Konsep Remediasi Tanah Bioremediasi Fitoremediasi Kemoremediasi Fisikoremediasi Pengelolaan Pupuk Pemupukan Hara Berimbang Rangkuman Glossarium Daftar Pustaka 350LAMPIRAN 357 xiiDAFTAR TABELTabel Nama-nama unsur hara tanaman dan bentukyangdiserapnya serta kisaran konsenterasi di dalam tanah 10Tabel Kandungan Unsur dalam Lithosfir 13Tabel Komposisi Unsur dari Tanah Mineral di Zona IklimTropis dan Iklim Sedang 14Tabel Komposisi Mineral Primer dari Batuan Beku 15Tabel Susunan Kimia dari Mineral Sekunder dalam Tanah% 16Tabel Kapasitas Pertukaran Kation dari Beberapa MineralLiat Tanah. 18Tabel Konsentrasi Hara ion dalam Beberapa Ordo Tanah 21Tabel Perbedaan Aktivitas dan Konsentrasi dari BeberapaIon dari Larutan Tanah dan Larutan 1/5 Hoaglandµmol L-1. 22Tabel Bentuk Unsur hara yang Diserap Tanaman danKemungkinan Pupuk yang Dapat Diberikan untukMencukupi Hara Tersebut 28Tabel Rata-rata Konsentrasi Hara Mineral dalam BahanKering Tanaman pada Taraf Mencukupi 30Tabel Penemu dan Penemu Esensialitas untuk Unsur-unsurEsensil 31Tabel Pengelompokkan Unsur Hara Berdasarkan FungsiMetabolik di dalam Jaringan Tanaman 33Tabel Konsentrasi Unsur-unsur Esensial dalam JaringanTanaman 35Tabel Matriks Hubungan antara Gejala Defisiensi/Toksisitasdengan Unsur yang Dicurigai sebagai Penyebabnya 66 xiiiTabel Langkah-Langkah Identifikasi Gejala Defisiensi HaraTanaman untuk Unsur yang Bersifat Mobil 72Tabel Langkah-Langkah Identifikasi Gejala Defisiensi HaraTanaman untuk Unsur yang Bersifat Immobil 73Tabel Komposisi Hara Rata-rata dari Rerumputan danLeguminosa 99Tabel Kisaran pH Optimum Toleransi dari BeberapaTanaman 103Tabel Toleransi Tanaman terhadap Tanah Salin danKandungan Garam Tanah 104Tabel Rasio Ca-dapat ditukar Terhadap Mg-dapat ditukarpada Beberapa Tanah Winconsin 112Tabel Perubahan Rasio Kalsium Tertukar TerhadapMagnesium Tertukar dengan Penanaman 112Tabel Kisaran Rasio-rasio Kation Basa untuk Lima HasilTertinggi dan Terendah dari Empat Jenis Tanaman 113Tabel Pengaruh Variasi Rasio Ca dan Mg Terhadap HasilAlfalfa 113Tabel Total Hara yang Terkandung dalam Sisa PanenKecuali Akar dari Beberapa Jenis Tanaman 115Tabel Pengaruh Mikoriza Terhadap Penyerapan N, P, dan K 135Tabel Pengaruh Mikoriza terhadap Ketersediaan P 136Tabel Kriteria Hasil Analisis Kimia Tanah Rutin diLaboratorium Menurut LPT Bogor 1983 172Tabel Metode Ekstraksi dan Kriteria Analisis Unsur HaraMikro Tanah 174Tabel Kriteria Penilaian Status Kesuburan Tanah P3MT,1983 178Tabel Beberapa Kriteria Tanah untuk Menilai Kualitas 179Tabel Contoh Pengambilan Sampel Bagian Tanaman untukBeberapa Jenis Tanaman 181 xivTabel Status Unsur Hara Dalam Jaringan Tanaman 183Tabel Level Kritis Unsur Hara pada Beberapa Tanaman 183Tabel Susunan Perlakuan Pemupukan pada Percobaan Omisisubstraksi 185Tabel Contoh Percobaan Pemupukan Menurut TeknikEkstraksi 185Tabel Jumlah Volume Karbon Di dalam Berbagai Reservoirdari Siklus Global 207Tabel Unsur-unsur Mikro Esensial dan Perannya di DalamTanaman 237Tabel Kadar Unsur Hara NPK pada Beberapa Jenis PupukKandang 271Tabel Beberapa Jenis Pupuk Nitrogen Sintetis 281Tabel Beberapa Pupuk Fosfat Utama yang SeringDigunakan sebagai Sumber Fosfat Tanaman 283Tabel Beberapa Jenis Pupuk Kalium dan KomposisiHaranya 285Tabel Nama Unsur Mikro dan Jenis Pupuk yang Dipakaisebagai Sumber-sumber Haranya 291Tabel Bahan Kapur dan Nilai Netralisasinya 319Tabel Anjuran Pemupukan Berimbang Spesifik Lokasidengan Menggunakan Pupuk Tunggal MenurutPUSRI 2009 346 xvDAFTAR GAMBARGambar Hubungan Antara Sistem Tanah dengan Tanaman 13Gambar Ilustrasi Analogi Barrel Menggunakan Nitrogensebagai Unsur Tersedia Paling Rendah 64Gambar Bentuk-bentuk gejala daun tanaman akibatdefisiensi atau keracunan unsur hara 69Gambar Diagram Pembagian Unsur Hara BerdasarkanAsalmula Gejala Terjadinya Defisiensi padaDaun Tanaman 71Gambar Langkah-langkah Identifikasi Gejala DefisiensiHara Tanaman untuk unsur yang bersifat mobil 72Gambar Langkah-langkah identifikasi gejala defisiensihara tanaman untuk unsur yang bersifat tidakmobil 73Gambar Gejala defisiensi N dalam bentuk klorosis dandiskolorasi daun bentuk V’ 74Gambar Gejala Defisiensi P pada Tanaman 75Gambar Gejala Defisiensi Kalium K pada Tanaman 77Gambar Gejala Defisiensi Klor Cl pada Tanaman 78Gambar Gejala Defisiensi Magnesium Mg padaTanaman 79Gambar Gejala Defisiensi Molibdenum Mo padaTanaman 80Gambar Gejala Defisiensi Sulfur S pada Tanaman 81Gambar Gejala Defisiensi Boron B pada Tanaman 82Gambar Gejala Defisiensi Besi Fe pada Tanaman 83 xviGambar Gejala Defisiensi Seng Zn pada Tanaman 84Gambar Gejala Defisiensi Kalsium Ca pada Tanaman 85Gambar Gejala Defisiensi Tembaga Cu pada TanamanKentang dan Tomat 86Gambar Gejala Defisiensi Mangan Mn pada tanaman 87Gambar Ilustrasi Komposisi Tanaman dikendalikan olehfaktor-faktor tanah, genetik, dan lingkungan 98Gambar Pengaruh Umur Tanaman terhadap KomposisiHara 100Gambar Pengaruh pH terhadap ketersediaan Unsur haradi dalam tanah 102Gambar Hubungan antara partikel tanah dan ion yangdipertukarkan dalam larutan tanah 111Gambar Diagram proses-proses pergerakan haratanaman Anonim, 2008 122Gambar Ilustrasi pergerakan hara melalui difusi, aliranmassa dan intersepsi akar 123Gambar Hubungan antara tanaman dengan komplekspenyediaan hara 124Gambar Hubungan antara aspek Q dan I dalampenyediaan 127Gambar Model pergerakan ion hara secara Apoplasmik 129Gambar Model pergerakan ion hara secara Simplasmik 129Gambar Hipotesis pergerakan ion melewati membranplasma dengan menggunakan carier 131Gambar Penampang Akar Tumbuhan di bawahMikroskop dan skema penampang bulu akartumbuhan 134 xviiGambar Penampang Akar yang Terinfeksi olehEndomikoriza dan Ektomikoriza. 134Gambar Gejala defisiensi hara pada daun jagung akibatkekurangan unsur tertentu dan akibat seranganpenyakit dan kekeringan 160Gambar Ilustrasi tentang Gejala Defisiensi Daun padaTanaman yang Mengalami Berbagai DefisiensiUnsur Hara 161Gambar Tanda-tanda Defisiensi Hara pada Daun 162Gambar Skematik Cara Pengambilan Sampel TanahKomposit grid dan zigzag pada Tanah yangSeragam uniform paddocks 164Gambar Skematik cara pengambilan sampel tanahkomposit zigzag pada tanah yang tidak seragamvariable paddocks 165Gambar Ilustrasi Terapan Pengambilan Sampel TanahKomposit menurut metode sistem lahan a danMetode sistematis b 165Gambar Contoh Pengambilan Sampel Agregat Utuhuntuk Sifat Fisika Tanah 167Gambar Contoh Deskripsi Morfologi profil Tanah 168Gambar Diagram Daur Karbon 201Gambar Diagram Daur Karbon di Atmosfer 203Gambar Mekanisme Pendauran N2 di Udara MenjadiBentuk Tersedia 209Gambar Diagram Daur Nitrogen 211Gambar Diagram Proses Fiksasi N2oleh Bakteri 214Gambar Diagram Proses dan Pendauran Fosfor di Alam 219Gambar Diagram Ilustrasi Daur Kalium 223 xviiiGambar Diagram Daur Sulfur 226Gambar Diagram Daur Hidrogen di Dataran 228Gambar Diagram Daur Kalsium di Alam 229Gambar Proses-proses Utama dalam Daur MagnesiumTanah 235Gambar Dinamika Keseimbangan Unsur Mikro diDalam Tanah 237Gambar Diagram Daur Biogeokimia Klor di Alam 256Gambar Mekanisme Pelepasan Unsur Hara dari BahanOrganik Tanah 323 xixDAFTAR LAMPIRANLampiran 1. Tabel Konversi Berbagai Bentuk Senyawa Pupuk 357 ... Penentuan kandungan N dalam larutan ditetapkan dengan metode Kjeldahl, sedangkan P diukur secara kolorimetrik menggunakan Spektrofotometer, dan kandungan K diukur dengan AAS Kalra, 1989. Serapan hara N,P, dan K dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut Sufardi 2012 ...... Unsur N berperan dalam pertumbuhan vegetatif Havlin et al., 2013. Unsur N pada tanaman berfungsi untuk merangsang pertumbuhan batang dan daun, sehingga menguntungkan bagi tanaman yang umumnya menghasilkan batang dan daun Marschner 2012, Sufardi 2012. ...... Jika konsentrasi larutan yang diberikan rendah maka pertumbuhan tanaman akan menjadi tidak sempurna karena terjadi defisiensi Junia 2017. Begitu pula jika larutan yang diberikan berlebih maka akan terjadi toksisitas bagi tanaman Sufardi, 2012. ...Khairul FahmiYusnizar Yusnizar Sufardi SufardiAbstrak. Larutan Hara AB Mix merupakan pupuk majemuk campuran larut air yang sering digunakan pada sistem media hidroponik. Efektifitas Larutan AB Mix ini sebagai sumber hara bagi tanaman sayur antara lain dipengaruhi oleh konsentrasi pemberian yang tepat. Percobaan ini dilakukan di dalam polybag menggunakan rancangan acak lengkap RAL yang terdiri atas 5 perlakuan konsentrasi larutan AB Mix yaitu 0,25; 0,50; 0,75; 1,00; dan 1,25 g L-1 air dengan empat ulangan. Benih sawi hijau dibibitkan pada media rockwool selama seminggu dan setelah berumur 20 hari dipindahkan ke dalam polybag ukuran 15×21 cm yang telah diisi dengan media cocopeat. Pemberian larutan AB Mix dilakukan setiap hari bersamaan dengan penyiraman sampai tanaman berumur berumur 30 hari setelah tanam HST. Sampel daun untuk analisis N,P, dan K diambil pada seluruh daun tanaman yang telah dipanen pada umur 30 HST. Daun tersebut sebelum dianalisis, dibersihkan dengan akuades dan kemudian dimasukkan ke dalam oven pada suhu 70 0C. Setelah kering digiling dan dihaluskan dengan mesin grinder dan kemudian disaring dengan ayakan ukuran 0,5 mm. Analisis kandungan hara N, P, dan K dilakukan menggunakan metode destruksi basah. Pemberian larutan AB Mix berpengaruh nyata P0,05 terhadap bobot segar dan bobot kering tanaman sawi hijau serta dapat meningkatkan konsentrasi dan serapan N,P, dan K. Konsenrasi optimum larutan AB Mix diperoleh pada rentang - g L-1 Uptake of Nutrients N, P, and K of Green Mustard Due to The Concentration of Nutrient Solution AB Mix in Cocopeat MediaAbstract. AB Mix Nutrient Solution is a water-soluble compound fertilizer that is often used in hydroponic media systems. The effectiveness of the AB Mix solution as a source of nutrients for vegetable plants is influenced by, among other things, the right concentration of administration. This experiment was carried out in polybags using a completely randomized design CRD consisting of 5 treatment concentrations of AB Mix solution, namely and g L-1 water with four replications. Green mustard seeds were seeded on Rockwool media for a week and after 20 days they were transferred to 15×21 cm polybags filled with cocopeat media. The AB Mix solution was given every day along with watering until the plants were 30 days old after planting DAT. Leaf samples for analysis of N, P, and K were taken on all leaves of plants that had been harvested at the age of 30 DAP. Before being analyzed, the leaves were cleaned with distilled water and then placed in an oven at a temperature of 70 0C. After drying, it was ground and mashed with a grinder machine and then filtered through a mm sieve. Analysis of the nutrient content of N, P, and K was carried out using the wet digestion method Kalra 1998. The administration of AB Mix solution had a significant effect on the fresh weight and dry weight of mustard greens and could increase the concentration and uptake of N, P, and K on Cocopeat media. The optimum concentration of AB Mix solution was obtained in the range of - g L-1 of water.... Rata-rata pertumbuhan dan produksi tanaman tomat akibat perbedaan dosis pupuk NPK setelah di uji dengan BNJ 5% dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Rata-rata pertumbuhan dan produksi tanaman tomat akibat perbedaan dosis pupuk NPK Tabel 2 menunjukkan bahwa diameter buah tomat terbesar diperoleh pada dosis NPK 250 kg ha -1 , hal ini dikarenakan bahwa pada jumlah buah pertandan yang paling banyak juga pada dosis tersebut, yang mana dari parameter perlakuan tersebut berkaitan dengan diameter Kallie 1993 kekurangan atau kelebihan unsur hara akan menyebabkan kemunduran pertumbuhan dan produksi tanaman secara keseluruhan. Menurut Sufardi 2012 jika kelebihan suatu unsur hara, maka tanaman akan memperlihatkan gejala yang disebut dengan gejala keracunan. Pupuk NPK dapat memberikan kebutuhan unsur hara makro tambahan pada tanaman tomat, unsur N berfungsi untuk masa pertumbuhan vegetatif yaitu pembentukan batang dan daun. ...... Pupuk NPK dapat memberikan kebutuhan unsur hara makro tambahan pada tanaman tomat, unsur N berfungsi untuk masa pertumbuhan vegetatif yaitu pembentukan batang dan daun. Unsur hara P berfungsi untuk masa pertumbuhan generatif tanaman yaitu merangsang bunga, pembentukan buah, meningkatkan kualitas biji dan merangsang perakaran dan unsur hara K berfungsi dalam fotosintesis, pembentukan protein dan pengangkutan karbohidrat Sufardi, 2012. Pemberian pupuk NPK yang ideal terhadap tanaman tomat akan memberikan respon yang maksimal baik bagi pertumbuhan maupun produksi dari tanaman tersebut. ...Agus Maulidani Trisda KurniawanJumini JuminiAbstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis pupuk guano dan NPK serta mengetahui nyata tidaknya interaksi antara keduanya terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman tomat. Penelitian ini dilaksanakan di Gampong Lamdom, Lueng Bata, Banda Aceh, dari Januari sampai April 2018. Penelitianmenggunakan Rancangan Acak Kelompok pola Faktorial dengan 12 perlakuan yang diulang sebanyak 3 kali. Penelitian ini terdiri dari 2 faktor yaitu dosis pupuk guano 0, 4, 8, dan 12 ton ha-1 dan dosis pupuk NPK 0, 250, dan 500 kg ha-1. Kombinasi yang terbaik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman tomat dijumpai pada perlakuan dosis pupuk guano 12 ton ha-1 dengan NPK 250 kg ha-1. wLsdException Locke... Pupuk guano mengandung nitrogen, fosfor dan potassium yang sangat bagus untuk mendukung pertumbuhan, merangsang akar, memperkuat batang bibit, serta mengandung semua unsur mikro yang dibutuhkan oleh bibit Rasantika, 2009. Guano mengandung 19 % fosfor dalam bentuk P2O5 yang di dalam tanaman sebagai penyusun senyawa ATP yang diperlukan dalam proses fotosintesis untuk pembentukan karbohidrat Sufardi, 2012, pupuk guano selain mengandung unsur hara makro N, P, K, Ca, Mg, S, C, H dan O, pupuk guano alami juga mengandung zat gizi mikro Fe, Mn, Zn, Cu, B, Mo dan Cl. Berdasarkan hasil penelitian bahwa pupuk guano berpengaruh sangat nyata terhadap P tersedia, berat berangkasan basah, berat umbi, dan berpengaruh nyata terhadap N total, total mikroorganisme Mulyono et al., 2014. ...Amran JaenudinIman SungkawaAnang RusmanaMaryuliyanna MaryuliyannaBenih merupakan komponen teknologi yang signifikan untuk meningkatkan produktivitas bawang. Saat ini kondisi bibit bawang merah di Indonesia perlu mendapat perhatian lebih serius. Selain penggunaan benih yang berkualitas, teknik budidaya tanaman juga penting untuk dikembangkan. Saat ini peningkatan produksi bawang merah umumnya sangat tergantung pada pupuk anorganik yang memberikan hasil tinggi tetapi pada kenyataannya banyak menyebabkan masalah kerusakan lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan kombinasi teknik Perawatan Budidaya Bawang Merah dengan biji yang terdiri dari varietas Tuk-Tuk, Sanren dan Lonakata dengan berbagai tingkat perlakuan pupuk organik guano. Metode penelitian yang digunakan adalah metode Kombinasi RAK dengan dua faktor, yaitu varietas dan jumlah pupuk organik. Hasil penelitian bobot umbi kering per petak varietas Sanren dan Guano Pupuk 750 kg / ha menghasilkan hasil terbaik, yaitu 5,133 kg / petak atau setara dengan 21,3875 ton / ha.... Karakter agronomi adalah karakter yang berperan dalam penentuan potensi hasil suatu tanaman, meliputi karakter komponen hasil dan hasil tanaman Putra et al., 2015. Karakter kimiawi merupakan sifat khusus hasil asimilasi sintesis tanaman dari unsur sederhana yang kemudian membentuk zat makanan kompleks yang dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup lainnya Sufardi, 2019. ...... Rendahnya kation basa dan kejenuhan basa pada Ultisols Jantho disebabkan oleh berbagai faktor seperti pH, bahan induk, perkembangan tanah, dan intensitas curah hujan. Hal ini menyebabkan Ultisols Jantho bereaksi masam dan menjadi faktor penghambat bagi pertumbuhan tanaman jika digunakan sebagai sebagai lahan pertanian Sanchez, 2004, Sufardi, 2012. Dominasi kation asam H + dan Al 3+ sebagai akibat pencucian kation basa menyebabkan kejenuhan Al tinggi sedangkan kejenuhan basa dan basa-basa dapat ditukar rendah. ...Sahbudin SahbudinKhairullah Khairullah Sufardi SufardiAbstrak. Kemasaman tanah dan pertukaran kation merupakan indikator penting terhadap kesuburan tanah terutama pada lahan kering suboptimal. Kemasaman tanah dan pertukaran kation erat kaitannya dengan bahan induk tanahnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tingkat kemasaman tanah dan pertukaran kation pada dua ordo tanah di lahan kering Kabupaten Aceh Besar yaitu pada Mollisols Krueng Raya dan Ultisols Jantho. Kedua ordo tanah tersebut terbentuk dari bahan induk yang berbeda. Mollisols Krueng Raya terbentuk dari bahan induk batuan sedimen gampingan, sedangkan Ultisols Jantho dari bahan induk batuan sedimen liat tua. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode survai deskriptif yaitu melalui pengamatan di lapangan dan analisis di laboratorium. Identifkasi profil dan ordo tanah dilakukan dengan menggunakan sistem klasifikasi tanah USDA Soil Survey Staff, 2014. Pengambilan sampel tanah dilakukan pada setiap lapisan horizon dari setiap profil pewakil ordo tanah yang diamati di lapangan. Sampel-sampel tanah tersebut selanjutnya dibawa ke laboratorium untuk dianalisis pH H2O, kapasitas tukar kation KTK dan kation dapat ditukar Ca, Mg, K, dan Na ditetapkan dengan metode 1N NH4COOCH3 pH7, sedangkan Al- dan H-dapat ditukar diekstrak dengan 1M KCl. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua ordo tanah yang diteliti memiliki tingkat kemasaman dan pertukaran kation yang berbeda. Mollisols Krueng Raya mempunyai pH agak masam hingga agak alkalis 6,48-8,2 dan KTK tinggi, sedangkan Ultisols Jantho bereaksi masam pH 6,50 dan mempunyai KTK dan kejenuhan basa yang Acidity and Cation Exchange Properties in Mollisols and Ultisols in Dryland of Aceh Besar DistrictAbstract. Soil acidity and cation exchange is an important indicator of soil fertility especially on suboptimal drylands. Soil acidity and cation exchange closely related to the parent materials of soil. This study aims to assess soil acidity level and cation exchange in two soil orders of dryland in Aceh Besar District namely Mollisols Krueng Raya and Ultisols Jantho. The two soil orders are formed from different parent materials. The Mollisols of Krueng Raya are formed from limestone sedimentary rock, while Ultisols Jantho are formed from the parent material of the old clay sedimentary rock. The research is conducted using a descriptive survey method that is through field observations and analysis in the laboratory. Identification of soil profile and soil orders were conducted using USDA's soil classification system Soil Survey Staff, 2014. Soil sampling is taken from each layer of the horizon of the soil orders that are observed in the field. These soil samples were subsequently brought to the laboratory for analysis of pH H2O, cation exchange capacity CEC and exchangeable cations Ca, Mg, K, and Na are extracted by 1N NH4COOCH3 pH7, while exchangeable Al and H were extracted with 1M KCl. The results of analysis showed that both the soils orders being researched had a different level of acidity and exchange of cations. Mollisols of Krueng Raya has a moderately alkaline pH that is slighty alkalis and high CEC, while the Ultisols Jantho has an acid pH pH and has low CEC and low base saturation.... The combination of the grid method and the systematic method is used for water sampling well surface Puslitanak, 2004;Sufardi, 2012. Groundwater salinity was calculated using the Lutron PSA 311 Salt Meter instrument and calibrated with the ATAGO Hand-held Refractometer. ...The availability of accurate land data is useful in planning, policymaking, regional development, and preserving the environment. Banda Aceh is the center of education and development in Aceh, Indonesia, which is located in the coastal area. The tsunami has had a significant impact on development and settlements in Banda Aceh. Currently, settlements in Banda Aceh rapidly grow also the need for land and water resources. Therefore, mapping the potential for residential land in Banda Aceh is required. This study examines land suitability in Banda Aceh based on the FAO salinity criteria and spatial data analysis by remote sensing methods. Based on the results, it is known that Banda Aceh has land suitable for settlement of around 85% or 2975 hectares. These areas are generally located close to watersheds and receive sufficient freshwater input. Meanwhile, areas far from rivers and close to the coast have brackish salinity. This area is not suitable as a residential area. There are about three sub-districts in Banda Aceh which are not suitable for settlement. Keywords Kriging Remote sensing Settlement Salinity mapping Coastal Banda Aceh... Dari Tabel 4 juga dapat dilihat bahwa salah satu faktor yang turut mempengaruhi rendahnya kesuburan pada hamper semua tanah yang diteliti adalah kandungan C organik yang rendah. Berdasarkan hal ini, maka jumlah bahan organik dan distribusinya di dalam tanah sangat penting untuk mempertahankan kualitas tanah Havlin et al., 2010, Sufardi, 2012. Komposisi mineral tanah dan kandungan berbagai fraksi Fe, Al, dan Si di dalam tanah juga turut mempengaruhi kualitas dan kesuburan suatu tanah walaupun status kesuburan tanah masih dinilai dari beberapa variabel kimia tanah. ...Abstrak. Humus merupakan senyawa organik yang sangat penting di dalam tanah karena dapat membentuk kompleks dengan kation logam, sehingga mengurangi toksisitas pada tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan dan distribusi Fe- dan Al-humus serta C organik tanah pada Entisol dan Inceptisol di lahan kering Jantho, Kabupaten Aceh Besar. Sampel tanah diambil pada setiap lapisan horison dari profil tanah ordo Entisol Typic Udorthents dari Desa Jalin, Inceptisol Lithic Dystrudepts Buket Meusara, dan Inceptisol Oxic Dystrudepts dari Desa Cucum, kemudian dibawa ke Laboratorium untuk dianalisis Fe- dan Al- humus serta C organik tanah. Fe- dan Al-humus diekstrak dengan larutan 0,1 N Na-pirofosfat metode van Reeuwijk, 1992 sedangkan Fe dan Al dalam ekstrak Na-pirofosfat diukur dengan AAS. Kandungan C organik ditetapkan dengan metode Wakley dan Black yaitu destruksi dengan asam sulfat dan kalium bikromat dan pengukuran C dilakukan dengan titrasi FeSO4. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa kandungan Fe-humus tanah pada ketiga ordo tanah tergolong sangat rendah 0,05 - 0,09% sedangkan Al-humus tanah bervariasi dari rendah sampai sedang 2,54 - 6,89%. Pada Entisol Jalin, distribusi Fe-humus dan Al-humus semakin meningkat dengan kedalaman, sedangkan pada Inceptisol Buket Meusara dan Inceptisol Cucum, Fe-humus cenderung semakin menurun dengan kedalaman, sementara Al-humus sangat bervariasi. Kandungan C organik tanah di lahan kering Jantho, Aceh Besar pada Entisol dan 0,14 - 0,72% pada Inceptisol Buket Meusara, dan 0,15 - 1,25% pada Inceptisol Cucum. Kandungan Fe- dan Al-humus tanah tidak berkorelasi langsung dengan kandungan C of Fe- and Al-humus and organic C on Entisol and Inceptisol in Drylands of Jantho, Aceh Besar DistrictAbstract. Humus is a very important organic compound in the soil because it can form complexes with metal cations, so as reducing toxicity to plants. This study aimed to determine the content and distribution of Fe- and Al-humus and soil organic C in Entisol and Inceptisol in dry land of Jantho, Aceh Besar District. Soil samples were taken at each layer of the horison from the soil profile of Entisol Typic Udorthents order from Jalin Village, Inceptisol Lithic Dystrudepts Buket Meusara, and Inceptisol Oxic Dystrudepts from Cucum Village, then taken to the Laboratory for Fe- and Al-humus analysis and soil organic C. Fe- and Al-humus were extracted with N Na-pyrophosphate solution van Reeuwijk method, 1992 while Fe and Al in Na-pyrophosphate extract were measured by AAS. Organic C content is determined by Wakley and Black method, which is destruction with sulfuric acid and potassium bicarbonate and measurement C is carried out by titrating FeSO4. The results showed that the soil Fe-humus content in the three soil orders was classified as very low - while Al-humus soil varied from low to moderate - In Entisol Interlace, the distribution of Fe-humus and Al-humus increases with depth, whereas in Inceptisol Buket Meusara and Cucum Inceptisol, Fe-humus tends to decrease with depth, while Al-humus varies greatly. Soil organic C content in Jantho dry land, Aceh Besar in Entisol and - in Meusara Bouquet Inceptisol, and - in Cucum Inceptisol. The content of Fe- and Al-humus soil does not correlate directly with organic C content.... Tabel 4. Evaluasi status kesuburan tanah pada Entisol dan Inceptisol di lahan kering Jantho, Kabupaten Aceh Besar Dari Tabel 4 juga dapat dilihat bahwa salah satu faktor yang turut mempengaruhi rendahnya kesuburan pada semua tanah yang diteliti adalah kandungan C organik yang rendah. Berdasarkan hal ini, maka jumlah bahan organik dan distribusinya di dalam tanah sangat penting untuk mempertahankan kualitas tanah Sufardi, 2012. Komposisi mineral tanah dan kandungan berbagai fraksi Fe, Al, dan Si di dalam tanah juga turut mempengaruhi kualitas dan kesuburan suatu tanah walaupun status kesuburan tanah masih dinilai dari beberapa variabel kimia tanah. ...Abstrak. Fe, Al, dan Si bebas di dalam tanah umumnya terdapat sebagai bentuk mineral yang merupakan komposisi utama tanah pada lahan kering di wilayah tropika basah. Kandungan unsur tersebut di dalam tanah dapat diekstrak dengan larutan dithionite-sitrat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan dan distribusi Fe, Al, dan Si-bebas tanah pada setiap lapisan horizon tanah ordo Entisol dari Desa Jalin dan Inceptisol dari Desa Cucum dan Buket Meusara serta status kesuburan tanahnya di lahan kering Jantho Kabupaten Aceh Besar. Analisis Fe, Al, dan Si-bebas diekstrak dengan larutan 0,1 N Natrium dithionit-sitrat Holmgren, 1976 dan diukur konsentrasinya dengan Spektrofotometer Serapan Atom SAA. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa kandungan Fe-bebas tanah pada ketiga ordo tanah tergolong rendah 0,01-1,43% sedangkan Al-bebas tanah bervariasi antar ordo tanah dan berkisar dari rendah hingga tinggi 1,60-11,72%. Kandungan Si-bebas pada ketiga ordo tanah di lahan kering Jantho juga bervariasi dari rendah sampai tinggi 1,48-13,05%. Kandungan Fe-bebas terendah dijumpai pada Inceptisol Cucum, sementara Al- dan Si-bebas terendah dijumpai pada Inceptisol Buket Meusara. Berdasarkan komposisi Fe, Al, dan Si, maka ketiga ordo tanah tersebut termasuk tanah yang sedang berkembang lanjut dan mempunyai status kesuburan tanah content of Free Fe, Al, and Si and Soil Fertility Status of Entisol and Inceptisol in Dryland of Jantho, Aceh Besar DistrictAbstract. In soils, the free of Fe, Al, and Si are generally found as a mineral that are the main composition of the soil in humid tropical dryland. The content of these elements in the soil can be extracted with dithionite-citrate solution. This research aims to know the content and distribution of free Fe, Al, and Si in the soil horizon layers of each soil order of Entisol from Jalin, and Inceptisol from Cucum and Buket Meusara vilages of dryland of Jantho, Aceh Besar District and to evaluate the soil fertility status. Fe, Al, and Si were extracted with N Na-dithionite-citrate Holmgren, 1976 and measured their consentration by atomic absorption Spectrophotometry AAS. The results showed that the content of free Fe on the third soil order are low while free Al of soil varies between soil order and range from low to high The content of free Si on the third soil order in dryland of Jantho also varies from low to high The lowest free Fe content of soil found at Inceptisol Cucum, while the lowest free Al and Si content found at Inceptisol Buket Meusara. Based on the Fe, Al, and Si composition, the third soil order includes as developing advanced soils which low soil fertility status.... Nilai pH H2O tertinggi dijumpai pada penggunaan lahan sawah lapisan atas permukaan hal ini diduga karena pada lapisan permukaan lahan sawah telah dilakukan pengapuran atau pemupukan, sehingga nilai pH H2O meningkat lebih tinggi. Nilai pH H2O terendah dijumpai pada penggunaan lahan padang rumput, hal ini diduga karena pada lapisan tersebut lebih mudah terjadi pencucian basa-basa kelapisan bawah oleh air hujan sehingga pH menurun Azmul et al., 2016 Menurut Sufardi 2012 suatu tanah dikategorikan sebagai tanah masam apabila pH tanahnya pH H2O <6,50. Hal ini menguatkan hasil analisis yang telah dilakukan bahwa pada berbagai pola penggunaan lahan didapati tanah tersebut memiliki nilai pH tanah yang masam karena memiliki nilai pH <6,50, kecuali pada penggunaan lahan sawah. ...Duana Erisa Zuraida ZuraidaMunawar KhalilAbstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi fraksi fosfor P pada beberapa pola penggunaan lahan kering Ultisol di Desa Jalin Jantho Aceh Besar. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang didasarkan pada pengamatan ciri - ciri tanah dilapangan dan analisis tanah di laboratorium. Hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa kandungan P-tersedia tanah paling tinggi di jumpai pada penggunaan lahan sawah lapisan permukaan 1,6 ppm, Kandungan P-total tertinggi dijumpai pada penggunaan lahan hutan sekunder lapisan bawah permukaan 76 ppm. Bentuk fosfor yang paling diminan dijumpai berupa fraksi Fe-P kemudian diikuti oleh Al-P dan Ca-P. Nilai Fraksi Fe-P tertinggi terdapat pada lapisan bawah permukaan hutan sekunder 2141,59 ppm, Nilai fraksi Al-P tertinggi terdapat pada lapisan permukaan padang rumput 12,32 ppm, Nilai Ca – P hanya dijumpai pada penggunaan lahan hutan sekunder lapisan atas permukaan 413,61 ppm dan lapisan bawah permukaan 2141,56 ppm The Study of Phosphorus P Fractionation on some Patterns the Use of Ultisol Dry Land in Jalin Jantho, Aceh BesarAbstract. This study aims to determine the composition of the phosphorus fraction P in some patterns in the use of Ultisol dry land in Jalin Jantho, Aceh Besar. This research uses descriptive method based on observation of soil characteristics in the field and soil analysis in the laboratory. The analysis of research indicated that the highest P-content was encountered on the topsoil wetland ppm, the highest total P-content was found in the use of subsoil secondary forest 76 ppm. The most visible phosphorus form is found in the Fe-P fraction followed by Al-P and Ca-P. The highest Fe-P fraction value is found in the subsoil secondary forest 2141,59 ppm. The highest Al-P fraction is found on the grassland topsoil 12,32 ppm, Ca-P value is only found in the use of topsoil ppm and subsoil secondary forest ppmAndria Syah Putra Sufardi FajriThe objectives of this research aimed to study effects of cultivation technology and appropriate dosages of NPK on Characteristics of Soil Chemistry and rice product. The experiment was arranged in a factorial split plot design with three replicates. Factor of cultivation technology consisted of four levels, legowo system cultivating, conventional system cultivating, salibu technology, and ratooning technology. Factor of appropriate dosages of NPK consisted of three levels 100 kgs ha-1 NPK Phonska, 200 kgs ha-1 NPK Phonska, 300 kgs ha-1 NPK Phonska. The result showed that cultivation technology exerted higgly significant effect on N-total, pH H2O, KTK, C–organic, weight of 1000 grains, numbers of productive tillers, yields, and exert a significant effect on Kdd. Appropriate dosages of NPK exerted highly significant effects on yields and exerted a significant effect on N-total and numbers of productive tillers. Interaction between cultivation technology and appropriate dosages of NPKshowed highly significant on N-total, numbers of production tillers and yields. The highest yields of rice showed by cultivation technologylegowo system with appropriate dosages of 300 kgs ha-1 NPK Phonska, however based on financial analysis cultivation technology of salibu turned out the best of other cultivation technology since it required minimum has not been able to resolve any references for this publication.