Jakarta - Ketua Forum Peduli Pulau Pari Syahrul Hidayat langsung sujud syukur setelah Ombudsman RI menyatakan ada maladministrasi dalam penerbitan sertifikat PT. Bumi Pari Asri dan PT. Bumi Griyanusa. Menjelang rilis Laporan Hasil Akhir Pemeriksaan LHAP Ombudsman, sejumlah warga Pulau Pari berunjuk rasa damai di Jalan Rasuna Said, Jakarta Pusat, Senin, 9 April mengapresiasi keputusan Ombudsman yang berpihak kepada rakyat kecil. Ombudsman menyampaikan LAHP mengenai sengketa Pulau Pari dengan temuan maladministrasi berupa penyimpangan prosedur, dan penyalahgunaan juga Mengenal Pulau Pari dan Destinasi WisatanyaSengketa antara Bumi Pari Asri dan warga Pulau Pari bermula sejak 2014. Perwakilan Bumi Pari Asri mengklaim lahan yang ditinggali para nelayan. Berdasarkan catatan Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, luas Pulau Pari seluruhnya 41,32 hektare. Sedangkan Bumi Pari Asri menguasai lahan seluas 40,6 hektare. Sengketa ini membuat warga khawatir kehilangan tempat tinggal yang telah dihuni selama puluhan Pari adalah salah satu pulau di Kabupaten Kepulauan Seribu. Pulau ini memiliki potensi pariwisata laut dan pantai. Berikut beberapa fakta tentang Pulau Wisata di Pulau PariPulau Pari juga termasuk dalam jajaran pulau-pulau tujuan wisata di Kabupaten Kepulauan Seribu, selain Pulau Untung Jawa, Pulau Bidadari, Pulau Sepa, dan Pulau ini menawarkan tiga objek wisata andalan, yaitu Pantai Perawan, Dermaga Bukit Matahari, dan Pantai Pasir Kresek. Di Pantai Perawan, pelancong bisa menikmati pasir putih sambil berlarian di pinggir pantai. Jika ingin sedikit berkeringat, bawalah bola voli. Di sana ada lapangan untuk bermain voli pantai bagi para yang tak kalah menarik di Pulau Pari adalah bersepeda. Mengitari pulau kecil ini dengan sepeda tak akan memakan waktu lebih dari 1 jam, tapi memuaskan. Umumnya, setiap rumah penginapan pasti menyediakan sepeda untuk disewakan. Namun jika berangkat dengan rombongan agen travel, biasanya sepeda sudah masuk dalam paket menikmati pantai, yang paling ditunggu dari berlibur ke pulau adalah melihat isi laut. Di Pulau Pari, para wisatawan juga bisa merasakan nikmatnya menyelam di perairan dangkal snorkeling di tempat-tempat menarik yang tak jauh dari Pulau Cara ke Pulau PariPulau Pari, yang terletak di Kepulauan Seribu bagian selatan itu, tak begitu jauh dari Jakarta. Jika berangkat dengan kapal biasa dari Pelabuhan Muara Angke, waktu yang ditempuh sekitar 2 jam. Sedangkan jika berangkat dengan kapal cepat dari Dermaga Marina Ancol sekitar 1-1,5 3. Tumpahan Minyak di Pulau PariTumpahan minyak kembali menyergap Pulau Pari. Ketua RT 01 RW 04 Kelurahan Pulau Pari Edi Mulyono mengatakan tumpahan minyak ini diketahui pada Ahad pagi, 8 April Edi, tumpahan minyak seperti ini bukan yang pertama terjadi di Pulau Pari. Edi mengatakan insiden ini berulang setiap tahun. Pada 2017, contohnya, peristiwa serupa terjadi pada menduga tumpahan minyak berasal dari kebocoran kilang minyak yang ada di dekat Kepulauan Seribu, terutama di sebelah utara dan Akan DiauditSekretaris Inspektorat Jenderal Kementerian Agraria dan Tata Ruang, Made Ngurah Pariatna, mengatakan bakal mengaudit penerbitan sertifikat hak milik dan sertifikat hak guna bangunan di Pulau Pari. Audit itu berkaitan dengan laporan Ombudsman yang menyatakan penerbitan maladministrasi."Kami akan lihat apa yang keliru dari persyaratan yang dilakukan oleh teman-teman BPN Jakarta Utara dan tentunya siapa yang bertanggung jawab," kata sertifikat hak milik SHM, pemeriksaan akan meliputi kronologi penerbitan, dimulai dari proses pengukuran, pemeriksaan tanah, hingga dokumen yang dijadikan dasar penerbitan sertifikat. Sedangkan untuk sertifikat hak guna bangunan HGB, pemeriksaannya akan berkoordinasi dengan pemerintah DKI juga Tumpahan Minyak Mentah Mencemari Pulau PariSALSABILA PUTRI PERTIWI MUNAWWAROH IRSYAN HASYIM
Kategori: Lintas Pulau | Reporter : Zaini Miftah | Editor : Petrus Ardianto | 27 May 2020 | Dilihat : 26 . Kelurahan Pulau Pari, Kepulauan Seribu Selatan. Perwira Piket Sektor 8 Sudin Gulkarmat Kota Jakarta Utara dan Kepulauan Seribu, Abdul Wahid mengatakan, petugas mendapatkan laporan dari pemilik rumah terkait keberadaan sarang tawon di ArticlePDF Available Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. 44 Jurnal Geografi Gea, Volume 20, Nomor 1, April 2020 PADANG LAMUN SEBAGAI EKOSISTEM PENUNJANG KEHIDUPAN BIOTA LAUT DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU, INDONESIA Muzani Jalaluddin1, Ika Nur Octaviyani2, Aufeeazzahra Nurani Praninda Putri3, Winny Octaviyani4, Iqbal Aldiansyah5 1,2,3,4,5Program Studi Pendidikan Geografi, Universitas Negeri Jakarta 1muzani 2ikanuroctaviyani4 3aufeeazhrnpp 4winnyocta 5ialdiansyah28 ABSTRACT Coastal ecosystems generally consist of 3 constituent components, namely seagrass, coral reefs, and mangroves. These three ecosystems make the area in the coastal area a relatively fertile and productive area. Seagrass are coastal ecosystems that have high biological productivity and play an important role in the ecological and physical functions of the environment in coastal areas. Ecologically, seagrass act as nursery ground, feeding ground for small fish, turtles, sea urchins, and other marine organisms, as well as shelter for various types of marine organisms. Physically, seagrass act as vegetation that maintains stability and holds sedimentation in coastal areas, reduces and slows wave movements, and occurs as a nutrient cycle, and it can be said that seagrass ecosystems are one of the ecosystems in the shallow sea that has high productivity. In addition, seagrass have a function that is no less important and is quite widely studied at this time, namely its function as carbon sinks or Blue Carbon Karawoe, 2009. Seagrass ecosystems have an important role in supporting the life and development of marine organisms in shallow oceans, for example such as in Pramuka Island. Research on the role of seagrass as a supportive ecosystem for marine organisms in Pramuka Island was carried out with direct research into the field on December 6, 7 and 8, 2019. From the results of the research, we found that there were 4 types of seagrass in Pramuka Island, precisely in the eastern area in Pramuka Island, namely Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulate, Enhalus acoroides, and Enhalus hemprichii. The four types of seagrasses have an important role in the seagrass ecosystems, especially in supporting the life of marine organisms in Pramuka Island. Keywords seagrass, marine organisms, Pramuka Island. ABSTRAK Ekosistem pesisir pada umumnya terdiri atas 3 komponen penyusun, yaitu padang lamun, terumbu karang, serta mangrove. Ketiga ekosistem tersebut membuat wilayah di daerah pesisir menjadi daerah yang relatif sangat subur dan produktif. Padang lamun merupakan suatu ekosistem pesisir yang memiliki produktivitas hayati tinggi dan sangat berperan penting pada fungsi-fungsi ekologis dan fisik dari lingkungan di daerah pesisir. Secara ekologis, padang lamun berperan sebagai daerah asuhan, daerah mencari makan para ikan kecil, penyu, bulu babi, dan biota lainnya, serta tempat berlindung berbagai jenis biota laut. Secara fisik, padang lamun berperan sebagai vegetasi yang menjaga stabilitas dan penahan sedimentasi di daerah pesisir, mengurangi dan memperlambat pergerakan gelombang, serta sebagai terjadinya suatu siklus nutrient, serta dapat dikatakan bahwa ekosistem padang lamun merupakan salah satu ekosistem di laut dangkal yang memiliki e-ISSN 2549-7529 p-ISSN 1412-0313 A. N. P. Putri, I. N. Octaviyani, I. Aldiansyah, dkk. Padang Lamun Sebagai … 45 produktivitas tinggi. Selain itu, padang lamun memiliki fungsi yang tidak kalah penting dan cukup banyak diteliti pada saat ini, yaitu fungsinya sebagai penyerap karbon carbon sink atau Blue Carbon Karawoe, 2009. Ekosistem padang lamun ini sangat memiliki peranan penting dalam penunjang kehidupan dan perkembangan biota laut di lautan yang dangkal, salah satu contohnya seperti di Pulau Pramuka ini. Penelitian mengenai peranan padang lamun sebagai ekosistem penunjang kehidupan biota laut di Pulau Pramuka ini dilakukan dengan penelitian langsung ke lapangan pada tanggal 6, 7, dan 8 Desember 2019. Dari hasil penelitian, kami menemukan bahwa ada 4 jenis lamun di Pulau Pramuka tepatnya di daerah timur di Pulau Pramuka, yaitu Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulate, Enhalus acoroides, dan Enhalus hemprichii. Keempat jenis lamun ini memiliki peranan penting dalam ekosistem padang lamun terutama dalam menunjang kehidupan biota laut di Pulau Pramuka. Kata kunci padang lamun, biota laut, Pulau Pramuka. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki potensi sumber daya laut yang begitu besar dan memiliki biodiveritas yang sangat tinggi. Saat ini, salah satu sumber daya laut yang diakui dan memiliki peranan yang begitu penting bagi kehidupan laut beserta biota lautnya selain terumbu karang dan mangrove yaitu padang lamun. Padang lamun di Indonesia memiliki luas sekitar km2 dan berperan penting dalam ekosistem laut dangkal karena merupakan habitat ikan dan biota perairan lainnya Nontji, 2005. Padang lamun merupakan ekosistem perairan dangkal yang kompleks, memiliki produktivitas hayati yang tinggi. Oleh karena itu padang lamun merupakan sumberdaya laut yang penting baik secara ekologis maupun secara ekonomis Rasheed et al., 1994. Fungsi ekologis padang lamun diantaranya adalah sebagai daerah asuhan, daerah pemijahan, daerah mencari makan, dan daerah untuk mencari perlindungan berbagai jenis biota laut seperti ikan, krustasea, moluska, echinodermata, dan sebagainya Phillips dan Menez, 1988; Thomascik et al., 1997, tumbuhan padang lamun itu sendiri merupakan makanan penting dugong Dugong dugon dan penyu hijau Chelonia mydas Lanyon et al., 1989 dan bertindak sebagai jebakan sedimen dan adanya siklus nutrient. Banyak di antara biota laut yang memiliki nilai penting secara komersil dan rekreasi, pada stadia tertentu dalam siklus hidupnya sangat bergantung pada keberadaan ekosistem padang lamun. Seiring dengan meningkatnya aktivitas industri dan pembangunan di wilayah pesisir, maka tekanan ekologis terhadap ekosistem padang lamun juga meningkat, akibatnya berdampak terhadap rusaknya ekosistem tersebut dan menurunnya peranan-peranan ekologis yang diperankannya. Padang lamun daerah tropis merupakan subjek dari perubahan temporal yang bervariasi secara musiman dan tahunan Mellors et al., 1993. Kerusakan dan kehilangan yang luas dari padang lamun telah didokumentasikan dengan baik dan penyebabnya dapat karena bencana alam seperti badai, dan karena aktivitas manusia Poiner et al., 1989. Aktivitas manusia yang dapat merusak ekosistem padang lamun diantaranya adalah pengerukan dan penimbunan atau reklamasi di wilayah pesisir sehingga menenggelamkan ekosistem tersebut. Adanya dermaga dan tempat pendaratan kapal atau perahu, penggunaan jaring pantai beach seine yang ditarik melalui ekosistem padang lamun, perburuan ikan duyung dugong, adanya limbah pertanian dan pertambakan juga ikut berperan dalam merusak ekosistem padang lamun. Fortes, 1990. Mengingat besarnya peranan ekosistem padang lamun bagi kehidupan biota laut dan banyaknya ancaman-ancaman dari berbagai aktivitas manusia, industri, dan pembangunan terhadap rusaknya dan menurunnya peranan ekologis dari ekosistem padang lamun tersebut, maka usaha perlindungan dan pelestariannya melalui program manajemen dan konservasi padang lamun menjadi sesuatu yang harus dilakukan. Untuk keperluan manajemen dan konservasi diperlukan pemahaman yang baik mengenai ekologi mereka menyangkut sebaran jenis, kerapatan, 46 Jurnal Geografi Gea, Volume 20, Nomor 1, April 2020 persen penutupan dan jenis-jenis yang berassosiasi dengan padang lamun Fortes, 1990. METODE PENELITIAN Penentuan Lokasi Penelitian Penentuan lokasi penelitian dilakukan berdasarkan pengamatan visual kondisi padang lamun di bagian timur Pulau Pramuka yang mewakili kondisi keseluruhan padang lamun yang berada di seluruh penjuru Pulau Pramuka. Dapat diketahui bahwa hampir di seluruh pesisir pantai Pulau Pramuka terdapat sebaran padang lamun, namun dalam penelitian ini di lihat kondisi padang lamun yang ada di bagian timur untuk mengetahui peranan padang lamun sebagai ekosistem penunjang kehidupan biota laut yang ada di daerah tersebut. Titik lokasi penelitian padang lamun ini di tinjau atau track melalui Avenza Maps agar terlihat jelas sebaran lokasinya Gambar 1. Gambar 1. Avenza Maps Pulau Pramuka. Metode Deskriptif Analitik Metode deskriptif analitik adalah suatu metode yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum Sugiono, 200929. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Padang Lamun di Pulau Pramuka Di seluruh dunia telah terindentifikasi 60 jenis Lamun. Di perairan Asia Tenggara terdapat 20 jenis lamun. Di Indonesia sendiri terdapat 15 jenis Lamun yang dapat dijumpai yaitu Enhalus acoroides, Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulate, Halophila decipiens, Halophila ovalis, Halophila minor, Halophila spinulosa, Haludole pinifolia, Halodule uninervis, Syringodium isoetifolium, Thalassia hemprichii, Thalassodendron ciliatum, Halophila sulawesii, Halophila becarii dan Ruppia maritima. Di Kawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu terdapat 7 jenis Lamun yaitu Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea serrulata, Cymodocearotundata, Halophila ovalis, Syringodium isoetifolium,dan Halodule uninervis BTNKpS 2008. Padang Lamun yang terdapat di hamparan pesisir Pulau Pramuka khusunya di bagian timur memiliki banyak manfaat yaitu sebagai produsen primer habitat biota laut, stabilisator dasar perairan, penangkap sedimen, dan pendaur hara yang dapat menciptakan air dengan kualitas yang jernih di sekitar perairan tersebut. Di Pulau Pramuka kondisi perairannya relative tenang dengan substrat dasar nya terdiri dari pasir sehingga lamun tersebut dapat tumbuh subur dengan baik pada daerah tersebut. Kondisi lingkungan Pulau Pramuka yang tenang, menyebabkan terjadi nya akumulasi pasir yang tinggi pada substrat. Pada kondisi lingkungan yang demikian hanya spesies tertentu yang dapat tumbuh di Pulau Pramuka tepatnya di daerah timur di Pulau Pramuka, yaitu Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulate, Enhalus acoroides, dan Thalasia hemprichii. A. N. P. Putri, I. N. Octaviyani, I. Aldiansyah, dkk. Padang Lamun Sebagai … 47 Gambar 2. Distribusi Padang Lamun di Pulau Pramuka Timur. Berdasarkan diagram lingkaran tersebut jenis lamun yang memililki komposisi tertinggi yaitu Enhalus acoroides dengan persentasi mencapai 50% sedangkan komosisi yang terendah yaitu jenis lamun Cymodocea serrulata 10%. Lamun jenis Enhalus acoroides tersebut mendominasi lamun di bagian Timur Pulau Pramuka. Lamun tersebut tumbuh dengan subur dan baik di bagian Timur Pulau Pramuka. Hal ini karena bagian Timur Pulau Pramuka memiliki karakteristik substrat dan faktor lingkungan yang cocok untuk pertumbuhan jenis lamun tersebut. Gambar 3. Substrat Pasir. Berdasarkan hasil pengukuran suhu, suhu permukaan di Pulau Pramuka yaitu 30℃. Pengaruh suhu bagi lamun sangat besar, diantaranya mempengaruhi fisiologi lamun seperti laju respirasi, sintesis, dan pertumbuhan. Suhu optimal untuk pertumbuhan lamun yaitu 28 – 30℃, hal tersebut menandakan bahwa pantai Pulau Pramuka adalah tempat yang tepat untuk pertumbuhan lamun sehingga lamun yang tumbuh di daerah tersebut tumbuh subur dan lebat. Gambar 4. Lamun Jenis Enhalus Acoroides. Jenis–jenis Fauna Assosiasi Terdapat berbagai jenis fauna yang berassosiasi di sekitar ekosistem padang lamun Pulau Pramuka bagian timur, biota – biota yang terdapat ditempat tersebut senantiasa hidup, berkembang biak, dan mencari makan bahkan bergantung dengan tanaman lamun tersebut. Berbagai contoh fauna sessile yang tidak banyak bergerak yang hidup di sekitar ekosistem lamun yakni bulu babi Echinoidea, teripang Holothuroidea, dan fauna lain seperti ikan baronang siganus guttatus, penyu Chelonioidea, kepiting Brachyura. Daun-daun dari lamun juga menjadi makanan bagi biota yang hidup di luar perairan contohnya burung laut. Pada dasarnya banyak jenis ikan yang berasosiasi dengan lamun, keanekaragaman jenis diversitas bergantung kepada kehadiran ekosistem lain di sekitar padang lamun. 50%25%15%10%Distribusi Lamun di Pulau Pramuka bagian Timur Enhalus acoroidesThalasia hemprichiiCymodocearotundata 48 Jurnal Geografi Gea, Volume 20, Nomor 1, April 2020 Apakah di sekitar padang lamun terdapat ekosistem terumbu karang, mangrove, muara sungai, estuaria, dan lain-lain. Hal tersebut menentukan kehadiran jenis ikan sebagai unsur konektor padang lamun dengan ekosistem-ekosistem lain disekitarnya. Selain sebagai ekosistem yang baik untuk perkembangan berbagai jenis spesies ikan, lamun juga penting dalam mengendalikan iklim yaitu untuk menangkap karbon dan memproduksi oksigen ke udara. Padang Lamun Sebagai Daerah Asuhan dan Perlindungan Ikan dan Berbagai Biota KIKUCHI 1974 menyatakan peranan tradisional padang lamun adalah sebagai daerah asuhan. Hasil beberapa penelitian banyak ahli, mendukung pernyataan tersebut. KIKUCHI 1964, 1974 menemukan bahwa beberapa ikan niaga, yaitu Sebastes inermis dan S. marmoratus mempergunakan padang lamun sebagai daerah asuhan. Padang lamun juga mempunyai peran sebagai perlindungan ikan. Seperti ikan baronang yang terlihat berkumpul dibalik lamun dan kepiting yang cenderung membuat gundukan berupa rumah di sela – sela pasir padang lamun. Gambar 5. Lamun dan Biota Laut. ORTH & HECK 1980 menemukan padang Zostera marina di Teluk Chesapeake, Amerika Serikat, kelimpahan ikan lebih tinggi di daerah yang bervegetasi padang lamun dari pada di daerah yang tidak bervegetasi. Kelimpahan ikan juga meningkat dengan meningkatnya suhu dan bertambahnya biomassa lamun dan sebaliknya menurun dengan menurunnya suhu dan berkurangnya biomassa lamun. Hal yang sama didapatkan oleh SPRINGER & WOODBURN 1960 pada padang Thalassia testudinum di Tampa Bay, Florida Barat. Mereka mendapatkan bahwa naik turunnya kelimpahan ikan berkaitan dengan naik turunnya biomasa lamun dan suhu perairan. Lamun Sebagai Makanan bagi Fauna Secara ekologi, lamun adalah sumber utama produktivitas primer di perairan dangkal di seluruh dunia dan merupakan sumber makanan bagi seluruh organisme dalam bentuk detritus. Perlu diketahui bahwa berbagai jenis ikan menjadikan daerah padang lamun sebagai daerah mencari makan feeding ground. Lamun komponen utama detritus dalam makanan di setiap laut dangkal. Tumbuhan laut ini menyediakan nutrient pada sejumlah hewan invertebrata dan ikan PHILLIPS & McROY 1980. Sebenarnya lamun jarang dikonsumsi langsung oleh hewan herbivora. Disamping itu lamun yang dimakan oleh hewan herbivora tersebut hanya sedikit bila dibandingkan dengan produksi lamun secara keseluruhan. Pada penelitian di bagian utara Australia, diketahui ada dua hewan herbivora besar yang secara teratur mengkonsumsi lamun untuk makanannya. Hewan herbivora tersebut adalah penyu hijau Chelonia mydas dan duyung Dugong dugon. THAYER & ENGEL 1982 telah mengeluarkan hipotesis bahwa hewan herbivora yang berukuran besar mengembalikan secara cepat nutrient lamun yang kaya melalui produksi pencernaan/ kotorannya. Kotoran tersebut akan dikonsumsi oleh hewan detrivora lebih cepat bila dibandingkan dengan proses fisik secara normal pada proses dekomposisi. Lamun Sebagai Tempat Berburu Mangsa Bagi Ikan-Ikan Karnivora Tidak dapat dipungkiri bahwa lamun merupakanekosistem yang kaya akan biota laut. Biota laut yang terdapat di ekosistem lamun yakni berupa berbagai jenis ikan-ikan dan kepiting serta teripang dan lain sebagainya. Ikan-ikan seperti ini kerap kali diburu untuk dimangsa oleh ikan-ikan karnivora dan bagaikan ladang makanan bagi ikan karnivora. A. N. P. Putri, I. N. Octaviyani, I. Aldiansyah, dkk. Padang Lamun Sebagai … 49 Rantai Makanan pada Ekosistem Padang Lamun Gambar 6. Rantai Makanan dalam Ekosistem Lamun Fortes, 1990. Rantai makanan adalah perpindahan energi makanan dari sumber daya tumbuhan produsen melalui seri organisme atau melalui jenjang makanan tumbuhan-herbivora-carnivora. Pada setiap tahap pemindahan energi, 80%-90% energi potensial hilang sebagai panas, karena itu langkah-langkah dalam rantai makanan terbatas 4-5 langkah saja. Dengan kata lain, semakin pendek rantai makanannya semakin besar pula energi yang tersedia Surya, 2012. Sistem rantai makanan merupakan siklus, semua kehidupan hewan bergantung pada kemampuan tumbuh-tumbuhan hijau yang memiliki klorofil untuk berfotosintesis dan fungsi dari rantai makanan adalah untuk menjaga jumlah mahluk hidup di dalamnya agar tetap seimbang. Lamun merupakan salah satu tumbuhan laut yang berada di laut dangkal yang memiliki klorofil untuk berfotosintesis sehingga dapat memproduksi makanan yang diperlukan oleh biota-biota laut, seperti ikan baronang, bulu babi, penyu, dll. Lamun mempunyai tingkat produktivitas paling tinggi bila dibandingkan dengan ekosistem lainnya yang ada di laut dangkal, seperti ekosistem terumbu karang Thayer et al. 1975. Lamun juga menyediakan tempat bagi hewan-hewan laut untuk berkembang biak, memijah, padang pengembalaan, dan makanan bagi beberapa jenis ikan herbivora dan ikan karang. Lamun kuga memberikan perlindungan dan tempat menempel untuk berbagai hewan dan tumbuh-tumbuhan laut. Lamun memberikan rumah bagi banuyak biota laut Kikuchi & Peres. 1977 sehingga peranannya menjadi sangat penting dalam ekosistem di daerah laut dangkal. Menurut hasil pengamatan di lapangan dan analisis dari gambar 5. Dapat dijelaskan bahwa sumber energi utama pada ekosistem padang lamun adalah cahaya matahari. Cahaya tersebut digunakan oleh lamun dan fitoplankton sebagai produsen untuk berfotosintesis. Setelah itu rantai makanan tersebut dibagi menjadi 2 bagian, yaitu 1. Rantai makanan rerumputan grazing food chain Rantai makanan ini diawali oleh tumbuhan hijau sebagai produsen. Rantai makanan rerumputan misalnya tumbuhan-herbivora-carnivora. Pada rantai makanan rerumputan ini, sumber nutriennya secara langsung adalah tumbuhan lamun itu sendiri yang daunnya dimakan oleh konsumen tingkat pertama, yaitu dugong, penyu, ikan baronang dan bulu babi. Namun kami tidak menemukan dugong di Pulau Pramuka karena dugong dapat hidup di daerah pesisir, dangkal sampai sedang dalam, dan dugong dapat hidup di perairan hangat dengan suhu minimumnya 15-17 °C sedangkan suhu permukaan air laut dangkal di Pulau Pramuka sekitar 30 °C. Kemudian konsumen tingkat pertama ini dimakan oleh para predator, kecuali bulu babi, bulu babi itu 52 Jurnal Geografi Gea, Volume 20, Nomor 1, April 2020 sendiri dimakan oleh ikan buntal sebagai konsumen kedua, namun kami tidak menemukan ikan buntal di daerah timur pulau Pramuka namun kami menemukan ikan buntal di sisi barat Pulau Pramuka. 2. Rantai makanan detritus detritus food chain Rantai makanan ini diawali oleh sisa-sisa organisme mati detritus. Organisme yang memakan detritus disebut detrivora. Rantai makanan detritus, misalnya detritus-detrivora-predator. Pada rantai makanan detritus ini, guguran daun dari lamun yang telah dimakan oleh konsumen tingkat satu epifit sebagai nutrient yang diurai oleh bakteri, kemudian detritus itu dimakan oleh cacing, udang, dan kepiting yang sebagai konsumen pertama. Setelah itu hewan-hewan tersebut dimakan oleh ikan sedang sebagai konsumen tingkat dua. Konsumen tingkat dua pun dimakan oleh ikan besar, ikan hiu dan burung laut sebagai predator yang menduduki tingkatan trofik paling tinggi memakan konsumen tingkat dua dan ikan besar sebagai konsumen tingkat tiga. Saat predator tersebut mati, maka jasadnya akan diurai oleh bakteri sebagai detrivitor yang menguraikan materi dan bangkai predator tersebut, agar detrivitor itu dikonsumsi kembali oleh konsumen pertama dan begitulah seterusnya. Guguran daun tidak semuanya menjadi detritus, karena ada juga sebagian yang menjadi bahan organik dan bahan organik tersebut akan dimanfaatkan oleh fitoplankton yang sebagai produsen. Produsen tersebut akan dikonsumsi oleh zooplankton yang sebagai konsumen pertama. Setelah itu zooplankton tersebut akan dimakan oleh ikan kecil yang sebagai konsumen tingkat dua. Ikan kecil ini akan kembali dimakan oleh ikan-ikan sedang dan pada akhirnya mentransfer energi dan materi yang akan masuk ke dalam rantai makanan detritus. Semua bahan organik terlarut tidak hanya berasal dari dalam ekosistem tetapi ada juga yang berasal dari ekosistem terumbu karang dan mangrove. Aktivitas manusia yang tidak bertanggung jawab dapat merusak ekosistem padang lamun dan hal itu pun dapat merusak rantai makanan yang terjadi di dalamnya. Jika saja terjadi kerusakan tingkatan trofik atau produsen akan memutuskan rantai makanan dan keseimbangannya akan terganggu. Namun, kenyataannya yang kami temukan dari hasil pengamatan di lapangan tepatnya di daerah timur di Pulau Pramuka bahwa kami jarang melihat ada kepiting, teripang, dan rumput laut karena di daerah tersebut mengalami pengerukan karena sebagian di daerah tersebut akan digunakan untuk membangun dermaga untuk kapal di Pulau Pramuka sehingga berdampak pada biota-biota laut dan ekosistem di daerah tersebut. Maka dari itu kita sebagai manusia harus merawat dan menjaga kelestarian ekosistem yang berada di laut seperti ekosistem lamun, terumbu karang, dan mangrove. SIMPULAN 1. Sebagai sumber daya pesisir, ekosistem padang lamun memiliki multi fungsi yang sangat berfungsi untuk menunjang sistem kehidupan dan berperan penting dalam dinamika pesisir dan laut, terutama perikanan dan biota laut di pantai sehingga pemeliharaan dan rehabilitasi ekosistem padang lamun merupakan salah satu alasan untuk tetap mempertahankan keberadaan ekosistem tersebut. Ekosistem padang lamun sangat terkait dengan ekosistem di dalam wilayah pesisir seperti mangrove, terumbu karang, estauria dan ekosistem lainya dalam menunjang keberadaan biota laut, serta beberapa aspek lain seperti fungsi fisik dan sosial-ekonomi. Hal ini menunjukkan keberadaan ekosistem padang lamun adalah tidak berdiri sendiri, tetapi terkait dengan ekosistem sekitarnya, bahkan sangat dipengaruhi aktivitas yang berada di daratan. 2. Namun, akhir-akhir ini kondisi padang lamun semakin menyusut oleh adanya kerusakan yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Sebagai upaya konservasi dan kelestariannya dalam rangka tetap mempertahankan lingkungan dan penggunaan yang berkelanjutan, maka dikembangkan pendekatan terpadu yang melibatkan berbagai pihak untuk perlu untuk membuat solusi tepat dalam mempertahankan fungsi ekologis dari ekosistem yaitu pengelolaan pesisir secara A. N. P. Putri, I. N. Octaviyani, I. Aldiansyah, dkk. Padang Lamun Sebagai … 51 terpadu atau Integrated Coastal Management ICM. 3. Selain itu untuk kondisi padang lamun di Pulau Pramuka sendiri kondisinya mengalami penurunan struktur komunitas padang lamun. Karena di Pulau Pramuka terjadi beberapa aktivitas antroponegik atau manusia, sehingga mengganggu kehidupan padang lamun. Seperti terdapatnya pembuangan limbah domestik dan tempat pembuangan sampah yang letaknya mendekati laut di bagian timur Pulau Pramuka. Selain itu, Pulau Pramuka juga dijadikan tempat wisata sehingga banyak ditemukan resort wisata di Pulau Pramuka. Pembangunan resort wisata serta aktivitas olahraga dan kegiatan lainnya yang berada di sekitar pantai menyebabkan padang lamun terancam rusak karena terinjak oleh kegiatan manusia tersebut. Namun di Pulau Pramuka ini terdapat konservasi padang lamun di Taman Nasional Kepulauan Seribu sehingga padang lamun di Pulau Pramuka tetap dalam keadaan baik dan terawatt dan bisa diminimalisir tingkat kerusakannya. DAFTAR PUSTAKA Apramilda, Riesna. 2011. Status Temporal Komunitas Lamun dan Keberhasilan Transplantasi Lamun pada Kawasan Rehabilitasi di Pulau Pramuka dan Harapan, Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta [skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Assuyuti, Y. M., Rijaluddin, A. F., Ramadhan, F., Zikrillah, R. B. 2016. Estimasi Jumlah Biomassa Lamun di Pulau Pramuka, Karya dan Kotok Besar, Kepulauan Seribu, Jakarta. Depik 52 85-93. DOI Aswandy, I. 2003. Asosiasi Fauna Krustasea dengan Potongan-Potongan Lamun di Laut Dalam. Jurnal Oseana Vol XXVIII, No 4. ISSN 0216-1877. Azkab, 1987. Percobaan Transplantasi Lamun, Cymodocea rotundata Ehrenb. & Aschers di rataan terumbu Pulau Pari, Kepulauan Seribu. Kongres Nasional Biologi VIII, Purwokerto 8-10 Oktober 1987, 20 h. Azkab, 1988. Transplantasi Lamun, Thalassia hemprichli Ehrenb Aschers di rataan terumbu Pulau Pari, Kepulauan Seribu. Dalam Teluk Jakarta; biologi, budidaya, oseanografi, geologi dan kondisi perairan M. K. Moosa, D. P. Praseno dan Sukarno, eds.. Puslitbang Oseanologi-LIPI, Jakarta, 105-111. Azkab, 1988. Pertumbuhan dan Produksi Lamun, Enhalus acoroides di rataan terumbu di Pari Pulau Seribu. Dalam P3O-LIPI, Teluk Jakarta Biologi, Budidaya, Oseanografi, Geologi dan Perairan. Balai Penelitian Biologi Laut, Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi-LIPI, Jakarta. Azkab, 1999. Kecepatan Tumbuh dan Produksi Lamun dari Teluk Kuta, Lombok. Dalam P3O-LIPI, Dinamika komunitas biologis pada ekosistem lamun di Pulau Lombok, Balitbang Biologi Laut, PustlibangBiologi Laut-LIPI, Jakarta. Azkab, M. H. 1999. Pedoman Inventarisasi Lamun, Vol XXIV. Nomor 1 1-16. Puslitbang Oseanologi-LIPI. Jakarta. Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu. 2008. Inventarisasi Padang Lamun di Taman Nasional Kepulauan Seribu. Jakarta. Halaman 44. Bulthuis, D. A. 1987. Effect of Temperature on Photosynthesis and Growth of Seagrass. Aquatic Botany, 27 343-367. Citra Dewi, Soedharma, D., Kawaroe, M. 2012. Komponen Fitokimia dan Toksisitas Senyawa Bioaktif Dari Lamun Enhalus Acoroides dan 52 Jurnal Geografi Gea, Volume 20, Nomor 1, April 2020 Thalassia Hemprichii Dari Pulau Pramuka, DKI Jakarta. Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. Vol. 3. No. 2. ISSN 2087-4871. Coles, R. G. L. W. J. Long, J. E. Mellors, J. M. Bibby, and Roelofs. Seagrass Meadows of the Eastern Gulf of Carpentaria. QDPI Information Series. Coles, R. G. L, W. J. Long, R. A. Watsom, and K. J. Derbyshire. 1993. Distribution of Seagrass and Their Fish and Penaeid Prawn Communities in Cairns Harbour a Tropical Estuaria, Northern Queensland, Australia. In Tropical Seagrass Ecosyestems; Structure and Dynamics in the Indo-West Pacific. Australian Journal and Freshwater Research, 44 193-210. Dennison, W. C. 1987. Effects of Light on Seagrass Photosynthesis, Growth and Depth Distribution. Aquatic Botany, 27 15-26. Dennison, W. C., R. J. Orth, K. A. Moore, J. C. Stevenson, V. Carter, S. Kollar, P. W. Bergstrom, and Batiuk, 1993. Assesing Water Quality with Submersed Aquatic Vegetation Habitat Requirements as Barometers of Chesapeake Bay health. Bio-Science 422 86-94. Dore, I., and C. Frimodt. 1987. An illustrated guide to shrimp of the world. Osprey Books, Huntington, 229 pp. English, S., C. Wilkinson dan V. Baker. 1994. Survey Manual for Tropical Marine Resources. ASEAN Australia Marine Science Project Living Coastal Resources. Erftemeijer, P. L. A. 1994. Differences in Nutrient Concentration and Resources between Seagrass Communities on Carbonate and Terrigenous Sediments in South Sulawesi, Indonesia. Bulletin of Marine Science 542, 403-419. Feryatun F., Hendrarto, B., Widyorini, N. 2012. Kerapatan dan Distribusi Lamun Seagrass Berdasarkan Zona Kegiatan yang Berbeda di Perairan Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu. Journal of Management of Aquatic Resources. Halaman 1-7. Fortes, M. D. 1990. Seagrasses A Resource Unknown in the ASEAN Region. Association of Southeast Asian Nations/United States Coastal Resources Management Project Education Series 6. Gulland, J. A. and J. R. Brian Editor. 1984. Penaeid Shrimps-their Biology and Management. Selected papers presented at the workshop on the scientific basis for the management of penaeid shrimp held at Key West, Florida, Fishing News Books Limited. Lanyon, J., C. J. Limpus, and H. Marsh. 1989. Dugongs and Turtles; Grazers in the Seagrass System. In Biology of Seagrass. A treatles on the Biology of Seagrass with a Special reference to the Australian Region. Eds. D. Larkum, A. J. McComb and S. A. Shepherd. Lanyon, J. 1986. Seagrasses of the Great Barrier Reef. Great Barrier Reef Marine Park Authority Special Publication Series 3. Mellors, J. E., H. Marsh, and R. G. Coles. 1993. Intraannual Change in Seagrass Standing Crop, Green Island, Northern Queensland. In Tropical Seagrass Ecosystems; Structure and Dynamics in the Indo-West Pacific. Australian Journal of Marine and Freshwater Research, 44 33-42. Orth, R. J. 1977. Effect of Nutrient Enrichment on Growth of Eelgrass Zostera marina in the Chesapeake Bay, Virginia, USA. Marine Biology 44, 187- 194. A. N. P. Putri, I. N. Octaviyani, I. Aldiansyah, dkk. Padang Lamun Sebagai … 51 Phillips, R. C., and E. G. Menez. 1988. Seagrasses. Smithsonian Contribution to tha Marine Sciences. Number 34. Smithsonian Institution Press. Washington Poiner, I. R., D. I. Walker, and R. G. Coles. 1989. Regional Studies-Seagrass of Tropical Australia. In Biology of Seagrass A Treatise on the Biology of Seagrass with Special Reference to the Australian Region. Eds Larkum, McComb and Sheperd Chapter 10, pp. 279-296 Elsevier New York. Rashed, M. A., L. Long, W. J. McKenzie, L. J. Roder, C. A. Roelofs, A. J. Coles and Coles. 1995. Port of Karumbu. Seagrass Monitoring Baseline Surveys. EcoPorts onograph Series Num. 4. Sjafrie, N. D. M., Iswari, M. Y., Suyarso, Rahmat. 2017. Status Padang Lamun Indonesia 2017. Puslit Oseanografi–LIPI, Bibliografi hlm. 23. Tomascik, T., A. J. Mah, A. Nontji, and M. K. Moosa. 1997. The Ecology of the Indonesian Seas. Part Two. The Ecology of Indonesia Series. Volume VIII. ... Most of this research is still done manually, namely by catching fish, being photographed, recognized, and recorded in books. The results have been good, but it requires a lot of time and cost [12][13] [14][15] [16]. ...... Informasi mengenai kemampuan lamun sebagai penyimpan cadangan karbon tersebut masih terbatas, terutama di Indonesia. Selain itu, wilayah pesisir Indonesia dengan luas area padang lamun sekitar km 2 , terluas kedua di dunia setelah Australia Timur Jalaludin et al., 2020. Menyadari hal itu maka perlu dilakukan upaya alternatif mengatasi permasalahan pemanasan global sehingga penelitian mengenai pengukuran simpanan karbon pada lamun khususnya di Taman Nasional Baluran perlu dilakukan. ...Dadan ZulkifliHeri TriyonoRatna SuhartiLilyani Gita HerawatiClimate change caused by various activities of human activity has produced carbon dioxide gas affecting global warming. Seagrass ecosystem has the ability to absorb and store large quantities of carbon that can reduce carbon emissions. Objectives of this study is to assess seagrass population structure, assess carbon deposits estimation and water quality parameters. The method used in this research is purposive sampling method and location determination used line Transect quadrant method which refers to LIPI method. Carbon measurements in seagrass samples used LOI method. Seagrass species found in the waters of Baluran National Park are Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Syringodium isoetifolium, Halophila minor, Halophila ovalis dan Halodule uninervis. The seagrass Enhalus acoroides has a highest biomass value and an estimate of carbon deposits gC/m2. The total estimate of the highest carbon stock is obtained at the bottom of the substrate ton. Perubahan iklim yang disebabkan oleh berbagai aktifitas kegiatan manusia menghasilkan gas karbon diokasida yang berdampak pada pemanasan global. Ekosistem padang lamun memiliki kemampuan untuk menyerap dan menyimpan karbon dalam jumlah besar yang dapat mengurangi emisi karbon. Tujuan penelitian ini adalah 1 mengkaji struktur populasi lamun, 2 mengkaji estimasi simpanan karbon, 3 mengkaji parameter kualitas air di Taman Nasional Baluran. Metode yang digunakan yaitu purposive sampling method dan penentuan lokasi menggunakan metode line transect quadrant yang mengacu pada metode LIPI. Pengukuran kualitas air dilakukan secara langsung di lapangan sesuai Standar Nasional Indonesia SNI dan pengukuran karbon pada sampel lamun menggunakan metode LOI. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa Spesies lamun yang ditemukan di perairain Taman Nasional Baluran adalah Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Syringodium isoetifolium, Halophila minor, Halophila ovalis dan Halodule uninervis. Jenis lamun Enhalus acoroides mempunyai nilai biomassa dan estimasi simpanan karbon paling tinggi yaitu 37,817 gC/m2. Estimasi total stok karbon tertinggi didapatkan pada bagian bawah substrat rhizoma dan akar sebesar 40,063 UmamiAgil Al IdrusThe existence of seagrass in coastal areas can affect marine biota that live around it. Seagrass has an important role as an area of care, spawning, and protection. This study aims to determine the success of conserving seagrass beds of the Enhalus acorodies species in terms of bivalve diversity on the south coast of East Lombok. The research was conducted using transect and observation methods. The data obtained were analyzed using evenness index, diversity index, and species richness. The results of the study found 10 types of Bivalves in Poton Bako. Bivalves diversity index is included in the medium category of 2,228. The evenness index of bivalves was in the low category. Then, the species richness index is in the low category. The species diversity of Bivalvia in seagrass beds in Poton Bako is still relatively moderate so that the sustainability of the seagrass species Enhalus acoroides can be said to be maintained. The existence of a feed source or substrate derived from the remains of seagrass is used as a source of feed. The conservation of Enhalus acoroides seagrass needs to be maintained so that it has an impact on the survival and diversity of Bivalves in the penelitian mengenai kandungan bioaktif telah dilakukan dengan menggunakan bahan dasar lamun. Sehubungan dengan kandungan senyawa bioaktif yang terkandung dalam Enhalus acoroides dan Thalassia hemprichii yang kaya dan potensial sebagai bahan kecantikan, obat, dan bidang farmasi lain, maka perlu dilakukan observasi mengenai komponen fitokimia dan tingkat toksisitasnya. Penelitian ini melaporkan golongan senyawa kimia yang terkandung dalam Enhalus acoroides dan Thalassia hemprichii dari Pulau Pramuka, DKI Jakarta serta tingkat toksisitasnya. Uji fitokimia yang dilakukan menunjukkan ekstrak Enhalus acoroides dan Thalassia hemprichii mengandung senyawa bioaktif dari jenis flavonoid, alkaloid, dan steroid. Uji toksisitas dengan metode BSLT yang dilakukan menunjukkan ekstrak metanol Enhalus acoroides bersifat sangat toksik dengan nilai LC50 5,74 ppm, sedangkan ekstrak n-heksana Enhalus acoroides bersifat tidak toksik ditunjukkan dengan nilai LC50 1309,42 ppm Paul ErftemeijerWater column, sediment and plant parameters were studied in six tropical seagrass beds in South Sulawesi, Indonesia, to evaluate the relation between seagrass bed nutrient concentrations and sediment type. Coastal seagrass beds on terrigenous sediments had considerably higher biomass of phytoplankton, epiphytic algae and macroalgae, if compared to seagrass beds growing on carbonate sediments in oligotrophic reef flat environments. The size of leaves of seagrass plants of the same species was considerably larger at terrigenous sites than at carbonate sites. Seagrasses in carbonate-rich environments had invested considerably more in below-ground biomass relative to above-ground biomass than those growing on terrigenous sediments. Elementary composition of plant material indicated a richer nutrient supply of both N and P at the terrigenous sites CNP = 340191 than at carbonate sites CNP = 565181. Concentrations of dissolved reactive phosphate, ammonium, and nitrate + nitrite were low 60%, sedangkan untuk stasiun 2 zona pemukiman dan 3 zona resort dengan persentase masing-masing 59% dan 48% masuk dalam kategori kondisi kurang sehat penutupan 30-59,9%. Pola sebaran distribusi lamun pada stasiun 1 mengelompok cluster dan seragam uniform untuk stasiun 2 dan 3, dengan demikian ada pengaruh dari kegiatan manusia terhadap komunitas kunci Lamun, Kerapatan dan Distribusi, Zona kegiatanAbstractSeagrasses are plants adapted to live fully in the marine environment. Seagrass plays an important role in coastal areas due to critical habitat for many kinds of marine animals such as fish, mollusks, crustaceans, echinoderms. The research was conducted on April 9 to 22, 2012 at Pramuka Island Coastal Waters in order to know seagrass community type, abundance, coverage distribution in different activity zones. The method used transect quadrates in three stations, namely stations 1 natural zone, station 2 residential zone and station 3 tourist resort zone. The results obtained 7 seagrass species that was of Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Enhalus acoroides, Halodule uninervis, Halophila ovalis, Thalassia hemprichii and Syringodium isoetifolium. The highest seagrass density was in station 1 the total 1620 individuals/15m2. Based on the Ministry of Environment No. 20 In 2004 the station 1 natural zone was in healthy condition coverage > 60%, while for station 2 residential zone and 3 resort zone were in the category of unhealthy conditions coverage 30 to 59,9%. The pattern of distribution of seagrass at stations 1 was clumped, however distribution it was cluster at station 2 and 3, thus there is the influence of human activities on seagrass Seagrass, Density and Distribution, Activity zones William DennisonThe relationships between light regime, photosynthesis, growth and depth distribution of a temperate seagrass, Zostera marina L. eelgrass, were investigated in a subtidal eelgrass meadow near Woods Hole, MA. The seasonal light patterns in which the quantum irradiance exceeded the light compensation point Hcomp and light saturation point Hsat for eelgrass photosynthesis were determined. Along with photosynthesis and respiration rates, these patterns were used to predict carbon balances monthly throughout the year. Gross photosynthesis peaked in late-summer, but net photosynthesis peaked in spring May, due to high respiration rates at summer temperatures. Predictions of net photosynthesis correlated with in situ growth rates at the study site and with reports from other maximum depth limit for eelgrass was related to the depth distribution of Hcomp, and a minimum annual average Hcomp h for survival was determined. Maximum depth limits for eelgrass were predicted for various light extinction coefficients and a relationship between Secchi disc depth and the maximum depth limit for survival was established. The Secchi disc depth averaged over the year approximates the light compensation depth for eelgrass. This relationship may be applicable to other sites and other seagrass species. Robert J OrthThe addition of two commerical fertilizers, one 5% NH4NO3, 10% P2O5, 10% K2O, and the other 10% NH4NO3, 10% P2O5, 10% K2O, ahd a dramatic effect on the growth of Zostera marina in the Chesapeake Bay. There was a significant increase in the length, biomass and total number of turions of fertilized plots compared with controls during a 2 to 3 month period. Data from this short-term field experiment suggest that Z. marina beds in the Chesapeake Bay are nutrient-limited, that the grwoth form of Z. marina may be related to the sediment nutrient supply, and that Z. marina may competitively exclude Ruppia maritima by A. BulthuisThe effect of temperature on the photosynthesis and growth of seagrasses may be summarized by considering the ways in which temperature alters the characteristics of the photosynthesis-irradiance P-I curve of seagrasses. Within the limits of physiological tolerance ∼6–30°C temperature has little effect on the initial slope of the P-I curve. At 35–40°C the photosynthetic capacity of seagrasses is reduced. Within the limits of physiological tolerance, the rate of photosynthesis at light saturation, the dark respiration rate and the light compensation point more than double as temperature increases. The optimum temperature for photosynthesis decreases from 25–35°C at light saturation to as low as 5°C as irradiance decreases. As a result of these effects of temperature on the P-I curve, growth of seagrasses in highsaturating light environments increases with temperature, whereas growth of seagrasses in low near the light compensation point light environments decreases as temperature increases.0500 - 06.15 : Sunrise di dermaga Pulau Pari 06.15 - 07.00 : Sarapan 07.00 - 10.00 : Bersepeda menuju Pantai Perawan (hunting foto) 10.00 - 11.00 : Kembali ke homestay dan packing 12.00 - 14.00 : Perjalanan Pulau Pari - Kaliadem dan trip selesai NB : Rundown bisa menyesuaikan situasi dan kondisi Include 1. Transpotasi Kaliadem - Pulau PariPramukaPeduli Kemah Bakti dan Bela Negara di Pulau Maspari Ogan Komering Ilir Sumatera Selatan Berbakti Tanpa Henti, Pramuka Peduli Pariwisata Sumsel Kemah Bakti di Pulau Maspari Halaman 1 - Kompasiana.com BaruRp 230.000 SELAMAT DATANG DITEMPAT KAMI AGENT WISATA PULAU SERIBU Sebelumnya kami meminta maaf atas ketidak nyamannya dengan iklan kami disini kami hanya ingin menawarkan wisata pulau seribu dengan harga terjangkau untuk para wisatawan, langsung aja deh PAKET WISATA PULAU TIDUNG PAKET PULAU TIDUNG 2 HARI 1 MALAM ( Via Muara Angke ) HARGA : Untuk 2 Orang : Rp. 850.000 / Orang Untuk 3 Orang