kitaharus hati hati, jangan sampai tidak beradab dengan orang ini, karena inilah petunjuk ciri ciri seorang wali allah / kekasih allah - guru bakhiet#walial
[ad_1] Meyakini adanya manusia pilihan yang menjadi kekasih Allah adalah salah satu ajaran dalam agama Islam. Kekasih Allah atau yang biasa dikenal dengan waliyullah adalah orang-orang terpilih yang memiliki kedekatan secara khusus dengan Allah subhanahu wata’ala. Mengenai waliyullah ini, Al-Qur’an menjelaskan أَلَآ إِنَّ أَوْلِيَآءَ ٱللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati” QS. Yunus 62. Waliyullah secara umum terdiri dari berbagai macam kategori. Mulai dari wali abdal, wali autad, wali nuqaba’, wali nujaba’, sampai wali qutb al-aqthab. Para waliyullah ini mengemban berbagai macam tugas masing-masing serta diberi keistimewaan oleh Allah dengan memiliki karamah yang berbeda-beda Syekh Dliya’uddin Ahmad bin Mushthafa, Jami’ al-Ushul fi al-Auliya, hal. 168. Jalan yang ditempuh mereka tak lain adalah menggapai marifatullah. Dalam ilmu tasawwuf, terdapat dua jalan untuk menggapai makrifat ini. Pertama, suluk. Jalan ini adalah pilihan jalan yang ditempuh secara normal. Seseorang yang mengamalkan laku tasawuf secara tidak langsung juga disebut sebagai salik. Kedua, jadzab. Jalan ini adalah jalan khusus yang tidak sembarang orang bisa mengamalkan, hanya orang-orang khusus yang memang terpilih yang dapat menempuh jalan ini. Dua jalan menuju marifatullah di atas, secara sederhana diilustrasikan dalam kitab Nasihah al-Murid fi Thariq ahli as-Suluk wa at-Tajrid berikut اعلم أن الجذب والسلوك مثلهما كالأشجار، شجرة الجذب لها عروق وفروع، وكذلك شجرة السلوك لها عروق وفروع وكلّ عرق وفرع منهما له أثمار. عروق الجذب هي العلوم اللدنية الغيبية، وأثمار فروع الجذب هي أن يكون صاحبها بأمر الله تعالى يقول للشيء كن فيكون والكلّ مواهب وكذلك عروق شجر السلوك تثمر بالعلم الظاهر، وفروعه تثمر بالعمل الظاهري، وإن تفاوت أهل السلوك مع أهل الجذب إلّا أنَّ أهل السلوك عبادتهم من وراء حجاب، وأهل الجذب ما بينهم وبين الله حجاب منه إليهم، ومنهم إليه “Ketahuilah bahwa jadzab dan suluk itu seperti pepohonan. Pohon jadzab memiliki akar dan tangkai, begitu pula pohon suluk juga memiliki akar dan tangkai. Setiap akar dan tangkai dari kedua pohon tersebut memiliki buah. Akar dari pohon jadzab adalah ilmu laduni yang bersifat ghaib, dan buah dari tangkai pohon jadzab adalah saat orang yang jadzab mendapat perintah Allah agar mengatakan pada sesuatu kun fa yakun, segalanya murni pemberian dari Allah. Sedangkan akar dari pohon suluk dapat membuat pohon berbuah dengan Ilmu yang dzahir tampak dan tangkainya berbuah dengan amal yang bersifat dzahir, meski orang yang mengamalkan laku suluk dan orang jadzab berbeda, orang yang mengamalkan laku suluk beribadah di belakang tirai penghalang dari Allah, sedangkan orang jadzab tidak ada di antara mereka dan Allah penghalang apa pun. Pesan dari Allah langsung pada mereka, dan ibadah dari mereka langsung tertuju pada Allah” Syekh Ali bin Abdurrahman bin Muhammad al-Imrani, Nasihah al-Murid fi Thariq ahli as-Suluk wa at-Tajrid, Hal. 17 Berdasarkan referensi di atas, orang yang mengamalkan laku suluk masih berada di bawah orang yang sudah sampai pada fase jadzab. Jadzab sendiri oleh para ulama didefinisikan dengan pengertian berikut الجذبة هي التجلي الإلهي، وفيها يحصل التحقيق بالأسماء الإلهية، والاستشعار بالاسم الصمد “Jadzab adalah tampaknya sifat-sifat ilahi. Ketika dalam kondisi jadzab, akan betul-betul tampak secara nyata sifat-sifat Allah dan seseorang mampu merasakannya” Syekh Mahmud Abdur Rauf al-Qasim, al-Kasyf an Haqiqah as-Shufiyyah, juz 1, hal. 244 Orang yang dalam kondisi jadzab seringkali melakukan perbuatan di luar nalar manusia biasa. Sebab apa yang dilakukan oleh mereka dalam keadaan jadzab sudah di luar kapasitasnya sebagai manusia. Meski demikian, patut dibedakan antara orang yang melakukan hal-hal aneh khâriq al-âdah karena memang betul-betul jadzab dengan orang yang hanya pura-pura jadzab. Untuk menandai perbedaan dua orang ini cukup sederhana, yakni dengan cara melihat tingkah laku orang tersebut setelah kondisi terjaga. Jika saat kondisi normal, ia senantiasa berdzikir dan beribadah serta menjauhi hal-hal duniawi yang bersifat profan, maka bisa dipastikan keanehan yang ia lakukan adalah berangkat dari maqam jadzab. Sebaliknya, jika seseorang setelah dalam kondisi normal justru lebih mendekatkan diri pada hal-hal yang bersifat duniawi dan senang mendekat dengan orang-orang yang memiliki ambisi duniawi, maka bisa dipastikan keanehan yang ia lakukan bukanlah bermula dari keadaan jadzab, tapi hanya sebatas tipu daya yang dilakukannya untuk menarik perhatian orang lain. Perbedaan dua karakteristik ini seperti yang digambarkan dalam pembahasan menari saat berdzikir yang dijelaskan dalam kitab Zad al-Muslim fi ma Ittafaqa alaihi al-Bukhari wa Muslim واعلم أن الرقص فى حال الذكر ليس من الشرع ولا من المروءة ولم يعذر فيه الّا الفرد النادر من أهل الأحوال والجذب وله عند القوم علامة يميزون بها بين ما كان منه عن جذب حقيقي وبين ما كان عن تلاعب وتلبيس على الناس فقد قالوا إنّ المجذوب إذا كان بعد الصحو يوجد معرضا عن الدنيا وأهلها مقبلا على ذكر الله وعبادته فهذا جذبه حقيقي ويعذر فى رقصه وإذا كان بعد الصحو من تجاذبه ورقصه يوجد مقبلا على الدنيا متأنسا بأهلها لا فرق بينه وبينهم فى الأحوال واللهو فهو متلاعب كاذب فى دعوى جذبه صاحب رقص ولعب فهو ممن اتّخذ دينه هزوا ولعبا “Ketahuilah bahwa menari pada saat berdzikir bukan bagian dari ajaran syariat dan bukan bagian dari budi pekerti yang baik. Tindakan tersebut tidak dapat dijadikan alasan untuk dibenarkan oleh siapa pun kecuali bagi orang khusus dari kalangan orang jadzab. Menurut sebagian kalangan ulama sufi jadzab memiliki tanda-tanda tertentu yang membedakan antara tindakan jadzab yang hakiki dan tindakan yang berangkat dari main-main dan tipu daya di hadapan manusia. Mereka berkata bahwa orang yang jadzab ketika setelah sadar ia berpaling dari dunia dan menghadap untuk berdzikir pada Allah dan beribadah kepada-Nya, maka sikap jadzabnya adalah sikap jadzab yang sungguhan, tindakannya menari saat berdzikir dianggap udzur. Sedangkan ketika setelah sadar dari jadzab dan selesai menari saat dzikir, seseorang lantas menghadap pada dunia dan merasa senang berjumpa dengan orang yang tergiur dengan dunia, hingga tidak ada perbedaan antara dirinya dan orang yang tergiur dengan dunia dalam perbuatan dan sikap main-mainnya, maka ia adalah orang yang main-main dan bohong atas klaim kejadzabannya saat menari dan bersenda gurau, ia adalah bagian dari orang yang menjadikan agamanya sebagai permainan dan senda gurau” Syekh Muhammad Habibullah bin Abdullah as-Syinqithi, Zad al-Muslim fi ma Ittafaqa alaihi al-Bukhari wa Muslim, juz 3, hal. 155 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jadzab adalah sebuah keadaan saat seseorang sudah lepas dalam kapasitasnya sebagai manusia karena tampak secara jelas padanya sifat-sifat Allah tajalli, segala keanehan perbuatan yang dilakukan dalam kondisi jadzab bermula dari petunjuk Allah. Orang yang sudah sampai pada maqam jadzab ini biasa dikenal dengan sebutan majdzub. Sedangkan masyarakat mengenal orang yang sudah sampai pada maqam ini dengan sebutan wali jadzab atau wali majdzub. Wallahu a’lam. Ustadz M. Ali Zainal Abidin, pengajar di Pondok Pesantren Annuriyyah, Kaliwining, Rambipuji, Jember [ad_2] Source linkAllahmenyembunyikan kekasihNya diantara manusia. Ujar Umar ibn Al Khathtab, "Sebagaimana Dia menyembunyikan Lailatul Qadr diantara malam-mAl-Quran dan hadis banyak menyebutkan sifat dan karakter para kekasih Allah. Sedemikian rinci penggambaran itu hingga terkesan para wali bisa ada di tengah kita tanpa kita mereka menampakan diri sebagaimana orang biasa secara luar, namun hatinya begitu tenggelam dalam lautan cinta kepada Tuhan. Ini di antara sifat-sifat mulia mereka yang bisa jadi cerminan bersama1. Hanya takut kepada Allah dan tidak merasa sedih dengan kehilangan apapun."Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati." QS. Yunus 622. Memiliki keimanan tinggi dan ketakwaan puncak"Yaitu orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa." QS. Yunus 633. Allah sendiri adalah wali bagi para kekasihnya."Allah wali Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kekafiran kepada cahaya iman QS. Al Baqarah 2574. Sempurnanya semua perilaku dan tiap langkahnya bernilai Saw bersabda"Diamnya para wali Allah adalah ibadah, pandangan mereka adalah pelajaran, perkataan mereka mengandung hikmah, dan gerak mereka di tengah masyarakat adalah sumber keberkahan."5. Tersembunyi di tengah kerumunan dan sepi dalam Ali berkata "Allah menyembunyikan wali-Nya di tengah manusia. Karena itu janganlah engkau merendahkan seorang Muslim, karena bisa saja ia salah seorang wali Allah." KarenaDiantara Kekasih Allah Banyak Yang Tersembunyi Maka Dari Itu Berbaik Sangkalah Wahai Saudaraku. Abdullah bin Mubarak, salah seorang ulama di masa tabi’in, setelah melaksanakan ibadah haji atau umrah, ia tinggal beberapa waktu lamanya di Makkah. Ketika itu terjadi masa paceklik karena telah beberapa bulan lamanya tidak terjadi hujan. Maka orang-orang datang ke suatu lapangan luas untuk melaksanakan shalat istisqo’ shalat meminta hujan, Abdullah bin Mubarak ikut serta dalam jamaah shalat shalat dan memanjatkan doa kepada Allah, tidak terlihat tanda-tanda bahwa hujan akan turun. Hingga malam menjelang tidak ada awan tebal yang datang membawa air untuk menyirami wilayah Makkah dan sekitarnya. Keesokan harinya, mereka mengulang lagi shalat istisqo’ tersebut, tetapi masih juga tidak ada pertanda akan turunnya hujan, termasuk ketika mereka melakukannya untuk ke tiga kalinya pada hari berjamaah shalat Istisqo’ pada hari ketiga itu, Ibnul Mubarak berkata dalam hati, “Aku akan keluar memisahkan diri dari orang-orang ini dan berdoa kepada Allah, mudah-mudahan Allah melimpahkan rahmat-Nya dan mengabulkan doaku sehingga hujan bisa turun!!”Ia berjalan diam-diam menuju perbukitan di sekitar Makkah, dan masuk salah satu gua yang berada di sana. Tetapi belum sempat ia berbuat apa-apa, tiba-tiba masuklah ke dalam gua itu seorang lelaki berkulit hitam, yang tampaknya seorang budak. Entah tidak tahu, pura-pura tidak tahu atau merasa minder melihat penampilan’ Ibnul Mubarak yang layaknya seorang ulama khusyu dan khos’, budak berkulit hitam itu tidak menyapa atau memberi salam hitam itu langsung shalat dua rakaat yang tampaknya sederhana dan ringkas. Setelah mengucap salam, ia meletakkan kepalanya di tanah dan berdoa, “Ya Allah, sesungguhnya mereka itu adalah hamba-hamba-Mu, mereka telah melaksanakan shalat Istisqo’ selama tiga hari, tetapi Engkau belum berkenan juga menurunkan hujan. Maka demi Keagungan dan Kemuliaan-Mu, aku tidak akan mengangkat kepalaku hingga Engkau menurunkan hujan kepada kami!!”Beberapa waktu lamanya ia dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba datang awan hitam bergulung-gulung, kemudian hujan turun dengan derasnya. Lelaki itu segera mengangkat kepalanya dan keluar gua, berjalan menembus hujan tanpa berkata Ibnul Mubarak tertegun melihat pemandangan itu, dan segera setelah tersadar ia berjalan mengikuti lelaki hitam itu menembus hujan. Ia terus membuntutinya hingga memasuki sebuah perkampungan, dan lelaki hitam itu memasuki sebuah rumah yang cukup bagus. Ia duduk diam di depan rumah itu beberapa waktu lamanya, sampai seseorang keluar. Ibnul Mubarak berkata, “Rumah siapakah ini?”Lelaki itu berkata, “Rumah Tuan Fulan bin Fulan!!”“Bisakah saya membeli budak dari dirinya?” Kata Ibnul Mubarak itu berkata, “Bisa dan silahkan masuk!!”Ibnul Mubarak dipersilahkan duduk dan lelaki itu segera memanggil tuannya. Sang pemilik rumah menemui Ibnul Mubarak sambil membawa seorang budak yang bagus wajahnya dan tampak cekatan, tetapi ia berkata, “Aku tidak menginginkan orang ini, apakah engkau mempunyai budak lainnya??”“Baiklah!!” Kata sang pemilik rumah, sambil memerintahkan untuk memanggil budak atau dua orang budak lagi ditunjukkan, tetapi Ibnul Mubarak berkata, “Aku menginginkan yang lainnya, apakah engkau masih memilikinya?”Tujuan utama Abdullah bin Mubarak adalah lelaki hitam yang ditemuinya di dalam gua itu. Orang itu berkata, “Saya memang masih memiliki satu orang lagi budak, tetapi ia sangat tidak pantas bagi tuan!!”“Mengapa?” Tanya Ibnul itu berkata, “Karena dia seorang yang pemalas, tuan tidak akan memperoleh manfaat apa-apa dari dirinya.”Ibnul Mubarak berkata, “Bawalah dia kemari, aku ingin melihatnya.”Budak itu segera didatangkan, dan memang lelaki hitam yang ditemuinya di dalam gua tersebut. Tampak kegembiraan di matanya dan segera ia berkata, “Aku ridha dengan orang ini, berapa engkau ingin menjualnya!!”Orang itu berkata, “Saya dahulu membelinya duapuluh dinar, tetapi sekarang tidak laku walau hanya sepuluh dinar!!”“Saya akan membelinya seharga sepuluh dinar darimu!!” Kata Abdullah bin Mubarak, yang langsung mengeluarkan uang sepuluh dinar dan memberikannya kepada orang Mubarak membawa budak hitam itu ke tempat tinggalnya. Budak hitam yang selama itu hanya diam saja, tiba-tiba berkata, “Wahai Ibnul Mubarak, mengapa engkau membeli aku, aku tidak akan mengabdi dan melayani dirimu!!”Walau sempat menduga sebelumnya karena peristiwa di dalam gua itu, masih juga Ibnul Mubarak terkejut karena budak itu mengetahui dan menyebut namanya. Padahal ia belum pernah memperkenalkan diri, termasuk kepada pemilik sebelumnya. Tetapi justru hal itu memperkuat dugaannya sebelumnya, segera saja Ibnul Mubarak berkata, “Bukan seperti itu, justru aku yang akan melayani kamu, siapakah namamu??”Budak hitam itu berkata, “Para kekasih Allah tentu mengenal kekasih-Nya!!”Ketika lelaki hitam itu akan beranjak untuk berwudhu, Ibnul Mubarak segera mengambil air untuknya dan mempersiapkan sandal, serta menunjukkan kamar untuk dirinya. Di dalam kamar lelaki hitam itu shalat dua rakaat. Ibnul Mubarak yang memang sengaja menguping itu, mendengar dia berdoa setelah shalatnya, layaknya sedang bersyair berpuisi, “Wahai Tuhan Pemilik Rahasia, rahasia telah menjadi nyata terbuka, saya tidak lagi menginginkan kehidupan ini, setelah rahasia hidupku diketahui….!!”Beberapa waktu lamanya Ibnul Mubarak menunggu, tetapi ia tidak mendengar suara atau gerakan apapun, maka ia masuk ke dalam kamar dan mendapati lelaki hitam itu telah meninggal. Ia segera mengurus jenazahnya dengan penuh takdzim, hingga memakamkannya. Hanya sedikit orang saja yang membantu dan mengiringi jenazahnya karena hanya seorang budak hitam yang tampak sangat sepele. Hal itu justru menggembirakan bagi Ibnul Mubarak karena ia sendiri yang akhirnya banyak berperan dalam mengurus jenazah kekasih Allah’ harinya, Ibnul Mubarak bermimpi bertemu dengan Rasulullah SAW. Di sisi kanan beliau ada seorang tua syaikh yang wajahnya tampak bersinar, dan budak hitam itu berada di sisi kiri beliau. Nabi SAW bersabda dalam mimpinya itu, “Mudah-mudahan Allah membalas engkau dengan kebaikan yang berlimpah karena apa yang telah engkau lakukan itu. Aku tidak melihat adanya bahaya dan kesulitan yang akan engkau hadapi karena engkau telah berbuat kebaikan kepada kekasihku ini!!”Beliau menunjuk lelaki hitam tersebut, dan Ibnul Mubarak berkata, “Ya Rasulullah, apakah dia itu kekasihmu?”“Benar,” Kata Nabi SAW, “Dan dia juga kekasih Khalilul Rahman, Ibrahim AS!!”Beliau menunjuk lelaki tua di sisi kanan beliau. Dan Ibnul Mubarak tersentak bangun dari tidurnya. Ia segera bangkit berwudhu dan shalat dua rakaat, kemudian berdoa yang lebih banyak diisinya dengan ucapan syukur kepada Allah.
KekasihAllah Yang Tersembunyi. 0 Khazanah Wali Allah November 22, 2016. A + A-Print Email. Allah menyembunyikan kekasihNya diantara manusia. Ujar Umar ibn Al Khathtab, "Sebagaimana Dia menyembunyikan Lailatul Qadr diantara malam-malam bulan Ramadhan." Mereka Atqiya'ul Akhfiya', orang-orang yang bertakwa lagi tersembunyi. Mereka
Allah menyembunyikan kekasihNya diantara manusia. Ujar Umar ibn Al Khathtab, “Sebagaimana Dia menyembunyikan Lailatul Qadr diantara malam-malam bulan Ramadhan.” Mereka Atqiya’ul Akhfiya’, orang-orang yang bertakwa lagi tersembunyi. Mereka terkenal di langit meski diabaikan di bumi. Mereka dirindukan Syurga meski dikucilkan dunia. Siapa saja yang setiap saat mengingat dan dosa dan kezalimannya serta menangisi di dalam batinnya setiap waktu penuh penyesalan dan insyaf. Sesungguhnya orang itu sangat di sayangi Robbul Arsyil Adzim. Sungguh anak cucu Adam tertuntut untuk tak meremehkan seorangpun di antara hamba Allah yang solih, sebab boleh jadi mereka adalah Para KekasihNya yang jauh lebih terkasih dibanding kita. Mahabijaksana Allah yang menyatakan bahwa makhluk yang paling mulia adalah yang paling bertakwa. Tetapi juga sekaligus mengabarkan melalui Rasul-Nya bahwa ketakwaan itu ada di dalam dada, tak dapat dilihat oleh mata manusia. la bermakna teruslah berkhusyuk memperjuangkan takwa dalam diri, dan selalulah tawadhu’ kepada sesama hamba. Siapa saja yang sering sujud bersembunyi dan berdoa untuk banyak kebaikan kepada manusia dan menangis agar Allah swt memaafkan Ummat Rasulullah SAW. Dialah Para Kekasih yang istimewa dan tersembunyi.
gT7J.